Selasa, 30 Desember 2014

Karangan Orientalis Kristen, King Suleiman atau Abad Kejayaan Harus Dihentikan

Polemik penolakan terhadap tayangan stasiun ANTV berjudul "King Suleiman" yang kini berganti judul menjadi "Abad Kejayaan" terus berlanjut, salah seorang dosen asal Pasuruan bernama Ustadz Fadh Ahmad Arifan memaparkan secara jelas bahwa tayangan yang diputar oleh ANTV bersumber dari kisah karangan Orientalis Kristen untuk mendiskreditkan sejarah kejayaan Khilafah Islamiyah.


Diakhir tulisanya, Ustadz Fadh yang juga merupakan dosen dari STAI al-Yasini juga mengajak kepada kaum muslimin untuk merujuk pada buku-buku karangan Sejarawan Muslim yang lebih dapat dipercaya dan obyektif, dibanding tulisan-tulisan para Orientalis Kristen yang ditayankan oleh ANTV.


Berikut tulisan lengkapnya, dikutip dari hidayatullah.com dengan judul : Sulaiman al-Qanuni Versi Sejarawan Muslim dan Orientalis


Di penghujung tahun 2014 kita disibukkan dengan polemik terkait penayangan serial film King Suleiman. Film yang di Turki dilarang tayang oleh Reccep Tayyip Erdogan, justru di Indonesia, tetap ditayangkan.


Karangan Orientalis Kristen, Sinetron King Suleiman atau Abad Kejayaan ANTV Harus Dihentikan

Sekilas bila melihat cuplikan thriller-nya, kesan yang muncul ialah gambaran Seorang Sulaiman al-Qanuni yang dikelilingi harem tidak berjilbab, berpakaian vulgar yang menonjolkan keseksian belaka. Wajar apabila seorang Ustad Yusuf Mansyur tidak diam.


Melalui akun twitternya Yusuf menulis, “Shalat sunnah hajat 2 rokaat, & doain supaya penayangan film king Suleiman segera dicabut”. (Baca: Ust. Yusuf Mansur Minta Antv Batalkan Penayangan King Sulaeman)

 
Sejumlah petisi juga dibuat pengguna sosial media dan internet (netizen) mendesak penayangan film ini dihentikan. Tak tanggung-tanggung, di laman petisi online, Change.org, sedikitnya 4 petisi dibuat. Tuntutan petisi diantaranya meminta stasiun ANTV menghentikan tayangan serial televisi King Suleiman hingga meminta pemerintah untuk menghukum stasiun televisi yang menayangkannya.


Tulisan saya kali ini juga merupakan bentuk “protes” sekaligus pelurusan sejarah. Agar yang membaca menjadi paham siapa sejatinya sosok Sulaiman al-Qanuni. Jangan sampai keluarga dekat saya, termasuk orang tua, sahabat dan teman-teman yang sekiranya masih awam di bidang sejarah; menelan mentah-mentah kisah dalam film tidak bermutu tersebut. Singkatnya, saya tidak ingin mereka punya kesimpulan bahwa seorang pemimpin besar Imperium Turki Usmani suka gonta-ganti perempuan seperti putra Sang Fajar.


>>> Perspektif Sejarawan Muslim



Kisah King Suleiman Perspektif Sejarawan Muslim


Dalam banyak buku sejarah, khususnya terkait Ottoman studies yang ditulis para sejahrawan Muslim akan di temukan tentang Sulaiman al-Qanuni. Ia ditahbiskan bersama Salim I bin Beyzid (w. 1519M) sebagai khalifah terkuat.


Salim I dikenang sebagai khalifah yang menundukkan Shafawiyah (Syiah) yang bersekutu dengan penjajah Portugis menghadapi kaum muslimin (Ahmad al-Usairy, Sejarah Islam, 2008, hal 363).


Sulaiman al-Qanuni dilahirkan di kota Trabzun. Saat itu ayahnya sedang menjadi Gubernur di wilayah tersebut. Beliau naik ke singgasana kekuasaan pada saat baru berusia 26 tahun. Sulaiman ini tipikalnya bukan orang yang terburu-buru dalam semua tindakan dan mengambil keputusan. Bila telah mengambil keputusan, maka beliau tidak akan pernah menarik keputusan yang sudah diambil (Ali Muhammad ash-Shalabi, hal 261).


Sulaiman al-Qanuni bukan hanya terkenal di daratan Turki usmani, akan tetapi pada awal abad ke 16 ia adalah Kepala Negara yang paling terkenal di dunia. Dosen UIN Yogyakarta, M. Abdul Karim menulis, “ia seorang penguasa yang Saleh. Mewajibkan rakyatnya Sholat 5 waktu dan berpuasa di Bulan Romadhon, jika ada yang melanggar tidak hanya dikenai denda namun juga sangsi badan”. Sulaiman ini juga berhasil menerjemahkan al-Quran ke dalam bahasa Turki (M. Abdul Karim, Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam, hal 314).


Satu lagi, ketika di Eropa terjadi pertentangan antara Katolik dan Protestan, non Muslim yang lari untuk minta suaka politik kepada Khalifah Sulaiman. Mereka diberi kebebasan dalam memilih agama dan diberi tempat di Turki Usmani. Jadi, disaat Katolik Roma dan Protestan mendzalimi pemeluknya, maka Sulaimanlah yang paling adil terhadap rakyatnya meskipun ada yang tidak beragama Islam.


Keberanian seorang Sulaiman al-Qanuni tak perlu diragukan lagi. Beliau terlibat dalam perang-perang besar yang ia pimpin sendiri. Tidak mau menyerahkan kepada panglima Perangnya. Hal itulah yang membuat segan seluruh raja-raja Eropa ketika itu, sampai-sampai raja Perancis Frans I pernah minta bala bantuan kepada Sulaiman (Hamka, Sejarah Umat Islam, hal 559). Sepanjang kepemimpinannya, Sulaiman al-Qanuni menguasai Beograd, semenanjung Krym hingga ibukota Wina, Austria. Beliau juga berhasil menaklukkan Hungaria dan sebagaian besar wilayah-wilayah Arab.


Di zaman Sulaimanlah disusunlah Undang-Undang Turki Usmani. Oleh karena itu beliau di gelari “al-Qanuni”. Begitu juga armada angkatan Laut Turki, Sulaimanlah yang membangunnya, dibawah pimpinan Laksmana Khairuddin Pasha, yang lebih dikenal dengan Barbarosa (si Janggut Merah). Khairuddin dulunya seorang bajak laut Yunani yang dibawa ayahnya datang mengabdi kepada Khalifah. Keahliannya dibidang kelautan membuatnya dipercaya Khalifah sehingga suatu hari mampu menaklukkan Afrika Utara (Hamka, hal 559-560).


Banyak peninggalan-peninggalan Sulaiman al-Qanuni yang dapat kita kenang. Tahun 1550 M, Sulaiman al-Qanuni mendirikan Masjid baru di Edirne yang dihiasi 4 menara yang tinggi. Masjid itu diberi nama “Masjid Sulaiman”. Selain masjid Sulaiman, didirikan pula 81 buah Masjid Jami’, 52 buah Masjid kecil, 55 buah Madrasah, 7 buah asrama besar untuk mempelajari al-Quran, 5 buah takiyah (tempat memberi makan fakir miskin), 2 bangunan Rumah sakit, 7 buah Jembatan, 33 buah Istana, 5 buah Museum dan 33 Pemandian umum (hammam). Semua ini diarsiteki oleh Mimar Sinan. Menurut Hamka, Sinan bukan hanya ahli desain bangunan, melainkan juga ahli “khat” yaitu tulisan yang indah-indah yang kerap menjadi hiasan masjid-masjid (Hamka, hal 560-601).

>>> Perspektif Orientalis Kristen



Kisah King Suleiman Perspektif Orientalis Kristen



Bila pernah bermain game “The Age of Empire III”, disitu terdapat sosok Sulaiman yang digelari orang Barat dengan “the Magnificent”. Di game tersebut, Sulaiman punya pasukan elit khusus yang bernama “Janissary” atau “Yenicheri”. Menurut Stephen Turnbull, beliau naik ke singgasana kekuasaan ketika berumur 25 Tahun. Sayangnya, Turnbull tidak mencantumkan referensi soal umur ini (Stephen Turnbull, 2003, hal 45).


Selama 46 tahun berkuasa, Sulaiman al-Qanuni memperluas imperiumnya di timur Anatolia, Iraq, laut merah, hingga Hungaria. Beberapa wilayah ini lebih memberi keuntungan dari segi pertahanan ketimbang ekonomi. Tetapi keseluruhan wilayah yang ditaklukkannya memperkuat status Sulaiman sebagai penguasa salah satu kerjaaan terbesar di kala itu (Colin Imber, 2012, hal 82-83).


Colin Imber juga menulis bahwa di dalam struktur dinasti Ottoman, Sultan dibolehkan menikah sampai empat wanita sekaligus, bahkan Colin menyebut ada aturan yang mengijinkan laki-laki untuk memiliki hubungan seksual dengan budak-budak wanita sebanyak yang ia mampu miliki. Lebih lanjut Colin menyebut kebanyakan sultan Ottoman berasal dari ibu budak dan tampuk kepemimpinan hanya diturunkan dari garis laki-laki saja. Colin juga menyinggung keberadaan Harem di dalam istana yang dijaga para Kasim. Harem dapat memegang memegang satu kekuatan politik, tetapi ia tidak terlihat dari dunia luar (Colin Imber, 2012, hal 119-120). Dalam pembahasan tentang Harem, sama sekali tidak membicarakan sosok Sulaiman yang suka ganti-ganti Harem seperti dalam film King Suleiman.


Sosok Sulaiman al-Qanuni ditampilkan dalam buku Colin Imber sebagai pemimpin yang tidak konsisten dengan aturan yang dibuat. Misal antara abad 14 dan abad 16 muncul tradisi untuk membatasi satu anak-laki-laki yang lahir dari istri raja. Ketika istri raja telah melahirkan seorang keturunan laki-laki, ia tidak akan pernah lagi tidur bersama raja. Realitanya tahun 1521 M, ketika Sulaiman al-Qanuni mempunyai satu-satunya anak laki-laki bernama Mustafa, yang ibunya merupakan seorang budak yang bernama Mahidrevan.


Di Tahun yang sama, Sulaiman dikatakan punya anak laki-laki bernama Mehmed, dari ibu bernama Roxelana. Harusnya menurut aturan di Ottoman, Sulaiman tidak boleh melakukan hubungan seksual lagi bila ada istrinya telah melahirkan anak laki-laki. Colin menambahkan, sejak zaman Hurrem (seorang selir budak yang dicintai Sulaiman), terjadi perubahan pola struktur kekeluargaan. sangat biasa seorang selir melahirkan lebih dari satu anak (Colin Imber, 2012, hal 122-125).

>>>Kesimpulan



Kesimpulan



Sosok Sulaiman al-Qanuni di buku-buku Sejarah yang ditulis oleh sejahrawan Muslim sama sekali tidak membahas aspek Harem di dalam istana. Mayoritas menguak secara dalam keluhuran akhlak Sulaiman al-Qanuni, kebijakan beliau terhadap pencari suaka hingga peninggalan-peninggalan berharga dalam bentuk monument atau bangunan-bangunan megah. Sedangkan pihak orientalis, mereka fokus pada peperangan yang dimenangkan oleh Sulaiman “the Magnificent”.


Orientalis seperti Colin Imber mencitrakan kepada pembacanya bahwa dinasti Ottoman cenderung memilih melahirkan keturunan dari para Selir budak. Bahkan soerang Sulaiman pun dilukiskan sebagai sultan yang tidak konsisten terhadap tradisi/aturan yang telah dibuatnya. Hemat saya, hendaknya sebagai Muslim merujuk pada buku-buku karangan Sejahrawan Muslim. Karena mereka lebih dapat dipercaya dan obyektif. Wallahu’allam bishowab.*


Banyak peninggalan-peninggalan Sulaiman al-Qanuni yang dapat kita kenang. Di antaranya, Masjid di Edirne yang dihiasi 4 menara yang dibangun Tahun 1550 M.


Oleh Fadh Ahmad Arifan

Dosen STAI al-Yasini, Kab Pasuruan, Jawa Timur
 [hidayatullah/islamedia]

King Suleiman, Distorsi Tautan Sejarah Islam dan Kerajaan Polandia-Hungaria

king sulaeman

FILM The King Suleiman kini tengah booming di Indonesia. Namun bila kurang jeli, pengetahuan kita akan jatuh dalam distorsi sejarah Islam.

Sebelum film ini tayang di Indonesia, saya dan suami sudah nonton duluan dan menyelesaikan semua episode. Setelah menonton saya dan suami berdiskusi perihal sejarah. Mengapa?

Kami memang bukan ahli sejarah tapi boleh saya katakan bahwa saya dan Abu Aisha membaca berbagai literatur sejarah yang berkaitan dengan Tatar dan Islam. Dan salah satunya berkaitan dengan Kerajaaan Polandia-Huangaria. Ternyata kisah sejarah Raja Suleiman berkaitan erat dengan salah satu Harem yang terkenal dengan nama panggilan “Hurrem” yang ternyata berasal dari kerajaan Polandia di masa lalu. Kini wilayah tempat kelahiran Sang Hurrem berada di negera Ukraina. Dalam film, dia disebut Alexandar. Sejarah mengenalnya sebagai Roxane.

Wikipedia memuat tentang Roxane dengan mencantumkan identitasnya secara detail. Mengapa kita perlu mengenalnya? Tak lain agar kita paham bahwa film King Suleiman ‘sebenarnya’ tengah menceritakan tentang memoar Roxane.

Hürrem Sultan (pengucapan Turki: [hyɾɾem suɫtaːn] , Ottoman Turki : خرم سلطان; c 1502 – 15 April 1558, sepenuhnya. Devletlu İsmetlu Hürrem Sultan Haseki Aliyyetü’ş-san Hazretleri, nama lahir yang siketahui menurut tradisi Kristen Ortodoks ialah Anastasia Lisowska, atau Aleksandra Lisowska, juga dikenal sebagai La Rossa atau Roxelana) adalah permaisuri yang paling dicintai dan istri sah dari Sultan Suleiman dari Dinasti Turki Usmani/ Ottaman Empire.

Roxelana juga ibu dari Şehzade Mehmed, Mihrimah Sultan, Şehzade Abdullah, Sultan Selim II, Şehzade Bayezid dan Şehzade Cihangir. Dia adalah salah satu wanita yang paling kuat dan berpengaruh dalam sejarah Ottoman dan tokoh terkemuka selama era yang dikenal sebagai Kesultanan wanita. Dia adalah “Haseki Sultan” (istri kepala Sultan) ketika suaminya, Suleiman I, memerintah sebagai Sultan Ottoman. Dia mencapai kekuasaan dan memengaruhi politik Kekaisaran Ottoman melalui suaminya dan memainkan peran aktif dalam urusan Kekaisaran Usmani di masa itu.

Sejarah singkat tentang Roxane atau Alexandra Lisowska yang terkenal sebagai Hurrem atau Haseki Sultan dimana dia terlahir dari, Ayah: Havrylo Lisowsky. Ibu: Leksandra Lisowsky. Ia diperkirakan lahir pada tahun 1502-1504 di Rohatyn , Kerajaan Polandia. Dia meninggal pada tanggal 15 April 1558 (umur 53-56) di  Topkapi Palace, Konstantinopel, Ottoman Empire/Kekhalifaan Turki  dan dikubur di Masjid Raya Sulaimaniah, Konstantinopel. Awalnya pemeluk Christian ortodoks kemudian memeluk Islam (wikipedia).

******

Orang-orang yang tidak pernah mempelajari sejarah akan jatuh pada pemahaman yang salah tentang salah satu Raja Turki Usmani yang sangat berjasa dalam penyebaran Islam di Eropa yakni King Suleimain. Film ini sebenarnya kalau mau dilihat dari awal lebih ke sejarah Alexandar Lisowska. Scene awal dari film ini memuat kejadian saat Alexandar dan beberapa gadis lainnya berada dalam kapal yang hendak menuju ke Istambul.

Status mereka saat itu adalah budak termasuk Alexandar. Nah, saya pikir siapapun harus mempelajari sejarah agar film-film bermuatan sejarah bisa ditelaah dengan jelas. Jika tidak, saya yakin pandangan awal tentang Raja Suleiman dari Dinasti Turki Usmani akan menjadi buram atau mungkin pecah menjadi cermin buruk tentang Raja Suleiman yang sangat berjasa dalam perkembangan Islam di Eropa.

Dan lagi film ini terlalu banyak mengekspos adegan-adegan seksual. Remaja yang sedikit bahkan tidak ada pengetahuan sama sekali tentang sejarah Raja Suleiman dan Kekhalifaan Turki Usmani akan menikmati film ini hanya sekadar hiburan sejarah yang pincang. Film ini justru akan melahirkan paradigma yang salah tentang sejarah Islam. Akhir dari film ini adalah distorsi sejarah. []

 

Oleh: Raidah Athirah, Muslimah tinggal di Norwegia

Haugesund , Norwegia 23 Desmber 2014

Senin, 29 Desember 2014

Indonesia, Aceh, dan Tsunami

Akankah Indonesia siap untuk Tsunami selanjutnya?


10 tahun setelah ombak yang mematikan memukul Sumatera, Indonesia telah membangun dirinya kembali. Tetapi resiko akan tsunami yang menghancurkan selanjutnya masih tinggi.




[caption id="attachment_1810" align="alignnone" width="500"]pltu terapung tsunami Tsunami yang menghantam Banda Aceh, Indonesia, pada tanggal 26 Desember 2004, menyapu sebuah kapal seberat 2.600 ton sejauh 8 kilometer ke dalam tengah kota. Lokasi tersebut sekarang menjadi sebuah taman dan monumen[/caption]


10 tahun yang lalu, salah satu bencana alam paling mematikan dalam sejarah membunuh 227.898 nyawa di 14 negara di sekitar Samudera Hindia-hampir 170.000 di antaranya dari Indonesia.


Dimulai pada pagi hari tanggal 26 Desember 2004, sekitar 240 kilometer lepas pantai barat Sumatera, ketika gempa bumi dengan kekuatan 9.1 skala richter-terbesar ketiga sejak tahun 1900- memecah dasar laut. Dalam rentang waktu 8 menit, patahan tersebut merentang sepanjang 1.127 kilometer, melepaskan energi 23.000 kali lebih besar dari bom atom yang menghancurkan Nagasaki, Jepang. Sebagian dari dasar laut bergeser 9 meter ke arah barat-barat daya.




[caption id="attachment_1809" align="alignnone" width="500"]Peta lokasi kejadian tsunami Peta lokasi kejadian tsunami[/caption]

Tetapi itu bukanlah yang terburuk. Beberapa bagian dari patahan tersebut juga timbul ke atas beberapa meter, dan mengangkat semua kolom air laut di atasnya. Pada permukaan laut, kejadian tadi menyebabkan pergerakan ombak-tsunami yang menjelajah ke sekitar Samudera Hindia. Ketika menghantam Sumatera, tsunami tersebut menjadi setinggi 30 meter di sepanjang sisi pantai barat laut.


Adalah tsunami tersebut yang begitu mematikan.

Ketika tsunami selanjutnya terjadi di Samudera Hindia-dan para ilmuwan yakin bahwa tsunami yang lebih besar tidak terhindarkan, kemungkinan dalam beberapa dekade mendatang-akankah wilayah tersebut akan lebih siap?

 

[caption id="attachment_1808" align="alignnone" width="500"]banda aceh tsunami Tiga bulan setelah tsunami, rekonstruksi di Banda Aceh bahkan belum terlihat. Terlihat seorang pria sedang mencari besi bekas di antara puing-puing:[/caption]

>>> Melihat Kebelakang



Melihat ke belakang


Yang mendapat pukulan terberat pada hari yang menyedihkan 10 tahun yang lalu itu adalah sebuah kota di Indonesia, Banda Aceh, pada bagian ujung utara Sumatera. Lebih dari 60.000 dari 264.000 penduduk tewas-sekitar 35 persen dari total yang meninggal di Indonesia.


Vivi Yanti, seorang guru bahasa Inggris di kota tersebut, mengingat airnya terasa hangat, hitam, berminyak, dan penuh dengan puing-puing. Di jalanan penuh dengan orang yang melarikan diri, Yanti melihat sekilas seorang wanita berlari, memegang tangan seorang anak laki-laki, memukul jendela mobil-mobil yang melintas, memohon untuk diberikan tumpangan. Tidak ada yang berhenti."Saya melarikan diri bersama dengan paman saya dengan sepeda motornya," Yanti berkata."Saya mengingat melihat ke belakang, dan pada awalnya saya tidak tahu apa yang saya lihat-air tersebut membawa sebuah kapal besar ke jalanan. Saya memberitahu pamanku,"Lebih cepatlah."

[embed]https://www.youtube.com/watch?v=cx___bZOtWw&noredirect=1[/embed]

10 tahun kemudian Banda Aceh telah dibangun kembali, dan populasinya telah kembali mencapai 250.000, hampir sama dengan keadaan sebelum bencana tersebut. Dengan jalan raya yang mulus dan semarak kafe-kafe yang buka sampai larut malam, kota tersebut telah berubah. Di samping beberapa pemakaman massal yang terawat dengan rapi, dan beberapa peninggalan bencana yang sengaja dibiarkan-seperti kehadiran sebuah kapal besar yang terdampar di sebuah taman kota-sebagian besar tanda kerusakan tsunami sudah tidak ada lagi.

Seperti negara-negara lain yang luluh lantak karena tsunami 2004, Indonesia sekarang terhubung dengan sebuah sistem deteksi tsunami di Samudera Hindia. Ketika gempa bumi terjadi, sensor dari sistem tersebut yang ada di dasar laut dan rambu di permukaan laut mengirimkan sinyal melalui satelit ke pusat peringatan pemerintahan di seluruh dunia, memperingatkan mereka bahwa tsunami mungkin akan datang.


Satu dekade yang lalu detektor seperti ini hanya ada di Samudera Pasifik. Jika saja detektor tersebut sudah dipasang di Samudera Hindia pada tahun 2004, beberapa dari 51.000 orang yang tewas di Sri Lanka dan India mungkin saja bisa menyelamatkan diri. Tsunami tersebut membutuhkan waktu 2 jam melintasi Samudera Hindia, dan peringatan yang tepat waktu-atau peringatan seperti apapun juga-mungkin akan menyelamatkan ribuan nyawa.

[caption id="attachment_1807" align="alignnone" width="500"]Visualisasi yang mensimulasikan proses terjadinya tsunami: Visualisasi yang mensimulasikan proses terjadinya tsunami:[/caption]

>>>Latihan Yang Berjalan Buruk



Tetapi di Indonesia-negara dengan jumlah penduduk terbesar ke empat di dunia-ada dalam keadaan yang kurang beruntung. Indonesia berbatasan dengan sejumlah patahan seismik yang berbahaya, khususnya sebuah patahan panjang melengkung yang disebut Sunda megathrust(Sesar Sunda), yang sejajar dengan pulau Sumatera dan Jawa. Tsunami 2004 yang berawal dari patahan tersebut menghantam pantai Sumatera dalam waktu 30 menit setelah gempa bumi terjadi. Bahkan peringatan tsunami yang langsung sekalipun, banyak penduduk tidak akan memiliki waktu yang cukup untuk mencapai daratan yang lebih tinggi.


Berhadapan dengan batas yang tak kenal ampun antara hidup dan mati, Indonesia telah berjuang untuk meningkatkan kewaspadaan dan kesiapan masyarakat. Sedikit tempat evakuasi-bangunan 3 atau 4 lantai-telah dibangun di Banda Aceh dan di kota-kota yang terancam lainnya. Ada sebuah jaringan sirine untuk memperingatkan penduduk bahwa tsunami akan terjadi.

Tetapi masih begitu banyak yang harus dilakukan, dimana respon terhadap gempa bumi yang baru saja terjadi menjadi bukti yang begitu menyakitkan.

[caption id="attachment_1806" align="alignnone" width="500"]masjid selamat tsunami Banyak penduduk lokal menghubungkan selamatnya gedung mesjid, di daerah pinggiran Banda Aceh, karena campur tangan yang Maha Kuasa-tetapi bentuk mesjid dengan lantai bawah yang terbuka mungkin saja turut membantu, yang memungkin tsunami untuk melewatinya. 9 hari setelah bencana tersebut, sebuah helikopter AL negara sahabat terlihat mengantarkan bantuan.[/caption]

Sebuah Latihan Yang Berjalan Dengan Buruk


Pada tanggal 11 April 2012, ketika sebuah gempa bumi berkekuatan 8.6 skala richter mengguncang Banda Aceh, BMKG mengeluarkan peringatan tsunami dalam kurun waktu 5 menit setelah guncangan pertama. Sistem peringatan dini bekerja dengan baik, tetapi respon pemerintahan lokal terhadap peringatan tersebut tidak menunjukkan tanda yang baik untuk bencana di masa depan. Pemerintahan di Banda Aceh telah gagal membentuk pedoman gawat darurat yang jelas untuk kota tersebut. Walaupun gempa bumi tersebut tidak menimbulkan tsunami-lempengan sepanjang patahan dalam kasus ini bergeser secara mendatar, bukan dengan keras ke atas-orang2 yang telah memiliki pengalaman langsung mengerikan sebelumnya menyangka akan terjadi tsunami, dan terjadi kepanikan.

"Keadaan benar-benar kacau balau,"Syarifah Marlina Al Mazhir berkata, seorang penduduk asli Banda Aceh yang bekerja untuk Palang Merah pada saat tsunami 2004."Bukannya menyelamatkan diri ke area yang aman, mereka malah pulang ke rumah atau pergi ke sekolah menjemput anak-anak mereka, yang menyebabkan kemacetan."

Lebih buruknya lagi, dia berkata, para pegawai yang seharusnya mengoperasikan sirine peringatan tsunami melarikan diri, dan gedung perlindungan tsunami kota setinggi 3 lantai terkunci.

"Di Banda Aceh semuanya dengan cepat menjadi lumpuh," Tom Alcedo berkata, kepala Palang Merah Amerika Serikat di Indonesia."Jalanan ke daratan tinggi penuh sesak. Semua orang dalam mobil mereka bisa saja tersapu habis. Ini hanya sebuah panggilan awal."

Ardito Kodijat, Direktor Pusat Informasi Tsunami Samudera Hindia di Jakarta berkata, Banda Aceh dan kota-kota pesisir pantai lainnya di Indonesia perlu membentuk jalur evakuasi yang tertanda dengan baik dan melaksanakan latihan penanggulangan tsunami secara berkala. Banyak orang di Banda Aceh, dia berkata, tidak tahu bahwa pusat evakuasi telah dibangun. Lainnya, yang telah menyaksikan keganasan tsunami 2004, berpikir bahwa bangunan tersebut tidak akan aman, dan malah mencoba untuk melarikan diri ke dalam daratan."Orang-orang tersebut seharusnya sudah bisa lebih siap jika saja sudah ada petunjuk yang jelas dan kuat dari pemerintahan lokal," Kodijat berkata.

[embed]https://www.youtube.com/watch?v=2PXx9o04uvg[/embed]

>>>Padang, Kota Terancam



Walaupun begitu, Banda Aceh, mungkin saja bukan kota yang paling terancam di Indonesia."Kejadian seperti ini akan terulang kembali" Brian Atwater berkata, seorang geologis dari Badan Survey Geologikal Amerika Serikat."Tidak jelas seberapa sering gempa bumi akan berulang, dan apakah patahan yang pecah pada tahun 2004 telah menghabiskan seluruh energi yang ada pada gempa bumi tersebut, ataukah masih ada yang tersisa. Sementara itu, masih ada banyak tempat lainnya yang memiliki pengetahuan tanda bahaya yang buruk. Padang adalah salah satu tempat selanjutnya."


Bukti geologikal dari masa lampau memperlihatkan bahwa bagian dari Sesar Sunda yang berada di bawah Padang, kota dengan 1 juta penduduk di bagian barat pantai Sumatera, mungkin saja akan mengalami gempa bumi. Pemerintahan di Indonesia dan Padang sadar akan bahaya ini. Seperti di Banda Aceh, jalur evakuasi telah direncanakan dan tempat berlindung darurat telah dibangun.

Tetapi di Indonesia dan negara lainnya di sepanjang sisi Samudera Hindia, persiapan seperti itu mungkin tidak cukup untuk melindungi ratusan juta nyawa yang hidup di sepanjang sisi pantai. Bahkan dengan sistem peringatan dini dan perencanaan evakuasi yang terbaik sekalipun, sungguh terlalu banyak orang yang ada di jalur yang berbahaya. Di Asia Tenggara saja, lebih dari 10 juta orang hidup dalam ruang lingkup 1 mil(1,6 kilometer) dari pantai. Tanpa memindahkan Banda Aceh, Padang dan kota-kota pesisir terancam lainnya berkilo-kilo meter ke dalam daratan, tidak ada pertahanan yang benar-benar aman untuk tsunami yang akan datang.

Kerry Sieh, seorang geologis di Pengamatan Bumi di Universitas Teknologi Nanyang di Singapura, telah menghabiskan lebih dari 20 tahun untuk mempelajari patahan di sekitar Sumatera. Geologis seperti Sieh bisa memberitahu kita kapan gempa bumi terjadi di masa lampau, dan kapan dan dimana mereka bisa saja akan terjadi di masa yang akan datang. Walaupun mereka tidak bisa memberitahu kita secara pasti ke mana untuk menyelamatkan diri, mereka bisa mengatakan dengan pasti bahwa banyak dari kita sedang hidup di tempat-tempat yang berbahaya.

 

[caption id="attachment_1811" align="alignnone" width="425"]Hidayat Nurwahid, yang saat itu menjabat Ketua MPR RI, tak segan turut mengangkut jenazah untuk dimakamkan. Dalam musibah tsunami ini, Hidayat juga kehilangan adiknya yang berdinas sebagai perawat di Banda Aceh. (Foto: DPW PKS Jakarta) Hidayat Nurwahid, yang saat itu menjabat Ketua MPR RI, tak segan turut mengangkut jenazah untuk dimakamkan. Dalam musibah tsunami ini, Hidayat juga kehilangan adiknya yang berdinas sebagai perawat di Banda Aceh. (Foto: DPW PKS Jakarta)[/caption]

Dengan banyaknya nyawa yang dalam bahaya, Sieh berkata, ada begitu banyak yang bisa dilakukan oleh pemerintahan, khususnya di negara-negara miskin seperti Indonesia, untuk mencegah kehilangan yang luar biasa dari tsunami di masa depan yang tidak bisa dihindari."Apakah pekerjaan yang baik sedang dilakukan?" Sieh bertanya."Ya. Ada orang yang berusaha untuk mengedukasi. Ada orang yang berusaha membangun bangunan evakuasi yang tinggi. Tetapi apakan itu akan menyelesaikan bahkan 10 persen saja dari masalah tersebut? Saya meragukannya."


Tulisan ini merupakan terjemahan dari
Nat_Geo_Icon



Kembali <<<

Rabu, 24 Desember 2014

Belajar Skala Prioritas dari Joko Widodo

Bagi pecintanya, sosok Joko Widodo atau yang lebih dikenal sebagai Jokowi adalah seorang nabi bagi umatnya. Kebenaran mutlak, perkataannya adalah fatwa berlandas wahyu. Begitulah Jokowi bagi umatnya. Maka jangan heran kalau Anda nekat menceritakan keburukan seorang Jokowi, khususnya di sosial media, maka berbagai komentar miring, makian, dan doa mampuspun mengalir mengikuti kalimat-kalimat di status Anda.

Pecinta militan Joko Widodo lebih seperti pasukan terorganisir yang siap mengangkat senjata bila sang idolanya dikritik, apalagi dicela. Begitulah di negeri ini.

Besok, 25 Desember 2014 Joko Widodo akan terbang ke Papua, menghadiri perayaan Natal disana. Sementara sebelumnya dia sempat merencanakan hadir di Propinsi Aceh dalam rangka memperingati genap 10 tahun peristiwa dahsyat yang meluluhlantakkan negeri Serambi Mekah ini, 10 Tahun Tsunami Aceh.

10 tahun yang lalu, tepatnya 26 Desember 2004, terjadi gempa bumi besar di tengah lautan yang berefek terjadi gelombang luar biasa menghempas kepulauan dan daratan Sumatera, khususnya Aceh sekitarnya. Lebih dari 100.000 ribu nyawa meregang. Bahkan sampai hari ini pun, masih ada ditemui kerangka jenazah korban kedahsyatan tsunami yang tertimbun lumpur.

Begitulah dahsyatnya tsunami Aceh. Jika ditambahi dengan korban-korban di negara-negara sekitar, maka seperempat juta nyawa melayang pada hari itu. Jumlah yang sangat fantastik. Sangat memilukan, meninggalkan luka permanen bagi yang masih hidup.

skala_prioritas_jokowi_masawep.in (2)

Tapi itu adalah cerita pilu bagi rakyat Aceh. Bukan cerita pilu bagi seorang Joko Widodo.

Untuk acara 10 tahun tsunami, sang presiden lebih memilih pergi ke Papua, menghadiri misa natal. Ntah apa yang dibenaknya. Baginya Papua adalah sebuah kegentingan yang memaksa hingga harus membatalkan ke Aceh. Baginya, misa Natal agama Kristen jauh lebih urgen dan harus didahulukan daripada peringatan tsunami di Aceh. Bagi Joko Widodo, hari pada saat nyawa ratusan ribu warga Aceh melayang tidak sebanding dengan hari lahir tuhan bagi agama orang lain.

Itulah skala prioritas seorang Joko Widodo.

Papua lebih penting dari Aceh. Natal lebih urgen dari tsunami. Kelahiran seorang tuhan agama Kristen lebih mendesak dari kematian ratusan ribu penduduk Aceh.

Ironis. Beginilah cerita serial negeriku....

Ust. Yusuf Mansur Minta Antv Batalkan Penayangan King Sulaeman






ym

Protes dari umat Islam terus berlanjut, bahkan Ustadz Yusuf Mansur juga menyuarakan penolakanya.


"shalat sunnah hajat 2 rokaat, & doain spy penayangan film sultan sulaiman di antv sgr dicabut. saya utang budi sama antv. doain tuh ya." tulis Ustadz Yusuf Mansur melaluci akun twitter pribadinya.


Hingga selasa (23/12/2014) malam, belum ada tanda-tanda dari KPI memberikan teguran atau pelarangan siaran King Suleiman ANTV.


Anehnya Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) masih mendiamkan siaran sinetron King Suleiman ANTV yang sdah sangat jelas melecehkan Umat Islam, dengan penayangan siaran yang mengandung unsur pemutar balikan sejarah Kekhalifahan Utsmani.  [islamedia/ym]





Tagar #boikotANTV Ramaikan Twitland

Boikot Antv

Gelombang penolakan terhadap tayangan ANTV sinetron King Suleiman semakin membesar, nampak terlihat dari semakin ramai menjadi pembicaraan di twitter dengan hastag #boikotANTV, Rabu (24/12/2014).


"pihak ANTV terlalu berani menayangkan sinetron Sultan Suleiman yg dnegara asalnya Turki saja ditolak & dilarang oleh pemerintah #boikotANTV " tweet ‏@anton_prafanto


Kicauan kecaman lainya agak keras dituliskan akun bernama @Zulkifli_1453:

"Emang suka bener lecehin Islam, film yg jls2 menyesatkan eh ditayangkan @whatsonANTV  #boikotANTV".


Sementara akun @Zaghladi12 menyayagkan mengapa KPI tetap mengizinkan serial king sulaiman oelh antv yg sudah jelas2 melecehkan Islam.


Selain akun personal, akun lembaga seperti Radio Republik Indonesia (RRI) juga menyerukan pemboikotan terhadap ANTV, akun ‏@PariamanRRI menuliskan #boikotANTV sebanyak 7 kali sekali tweet.[islamedia/im]

Jumat, 19 Desember 2014

Cerdas Berbagi dengan Literasi Media

Siang ini kita ngobrol santai ttg literasi media ya ayah bunda


Materi berikut dipaparkan oleh Bunda Septi Peni Wulandani


Lalu apa sebenarnya literasi media itu? Istilah literasi media mungkin belum begitu akrab di telinga kita. Masyarakat mungkin masih terheran dan kurang paham jika ditanya apa sebenarnya literasi media tersebut. Para ahli pun memiliki konsep yang beragam tentang pengertian literasi media, McCannon mengartikan literasi media sebagai kemampuan secara efektif dan secara efesien memahami dan menggunakan komunikasi massa (Strasburger & Wilson, 2002). Ahli lain James W Potter (2005) mendefinisikan literasi media sebagai satu perangkat perspektif dimana kita secara aktif memberdayakan diri kita sendiri dalam menafsirkan pesan-pesan yang kita terima dan bagaimana cara mengantisipasinya. Salah satu definisi yang popular menyatakan bahwa literasi media adalah kemampuan untuk mengakses, menganalisis, mengevaluasi, dan mengkomunikasikan isi pesan media. Dari definisi itu dipahami bahwa fokus utamanya berkaitan dengan isi pesan media.


Untuk memahami definisi literasi media lebih mendalam sebaiknya dipahami pula bahwa terdapat tujuh elemen utama di dalamnya. Elemen utama di dalam literasi media adalah sebagai berikut:


1) Sebuah kesadaran akan dampak media terhadap individu dan masyarakat


2) Sebuah pemahaman akan proses komunikasi massa 3) Pengembangan strategi-strategi yang digunakan untuk menganalisis dan membahas pesan-pesan media 4) Sebuah kesadaran akan isi media sebagai ‘teks’ yang memberikan wawasan dan pengetahuan ke dalam budaya kontemporer manusia dan diri manusia sendiri 5) Peningkatan kesenangan, pemahaman dan apresiasi terhadap isi media. (Silverblatt, 1995)


Dulu jaman saya kuliah, susaaaaah banget unt dpt informasi, harus datang ke perpustakaan kota dan propinsi. Tapi sekarang di era digital anak2 dan kita kebanjiran informasi


Era broadcast semarak muncul dimana2 didasari satu hal baik yaitu ingin berbagi


Nah bagaimana seharusnya kita menyikapi hal tsb?


1. Tidak semua berita baik itu benar, prinsip ini yg harus dipegang pertama kali


2. Telurusi unsur kebenarannya sebelum kita menyebarkan hal baik tersebut


3. Pastikan dari sumber yang terpercaya (mulai dari buku, orang yg lsg mengalami, media kredibel)


4. Hindari kalimat copas dari grup sebelah, krn ini scr implisit "bukan saya yg bertanggung jawab atas kebenaran berita ini, saya hanya menyebar saja"


5. Kuasai materi skeptikal thinking dengan baik di era banjirnya informasi ini


6. Apabila ingin mereview sebuah diskusi di group sebaiknya kita kemas dg pola pemikiran dan gaya bahasa kita, tdk hanya sekedar copas hasil diskusi. Jangan lupa cantumkan nama group dan nama pemateri/SME saat itu

Ibu untuk Anak Kita

image

Kunci untuk melahirkan anak-anak yang tajam pikirannya, jernih hatinya dan kuat jiwanya adalah mencintai ibunya sepenuh hati. Kita berikan hati kita dan waktu kita untuk menyemai cinta di hatinya, sehingga menguatkan semangatnya mendidik anak-anak yang dilahirkannya dengan pendidikan yang terbaik. Keinginan besar saja kadang tak cukup untuk membuat seorang ibu senantiasa memberikan senyumnya kepada anak. Perlu penopang berupa cinta yang tulus dari suaminya agar keinginan besar yang mulia itu tetap kokoh.


Uang yang berlimpah saja tidak cukup. Saat kita serba kekurangan, uang memang bisa memberi kebahagiaan yang sangat besar. Lebih-lebih ketika perut dililit rasa lapar, sementara tangis anak-anak yang menginginkan mainan tak bisa kita redakan karena tak ada uang. Tetapi ketika Allah Ta'ala telah memberi kita kecukupan rezeki, permata yang terbaik pun tidak cukup untuk menunjukkan cinta kita kepada istri. Ada yang lebih berharga daripada ruby atau berlian yang paling jernih. Ada yang lebih membahagiakan daripada sutera yang paling halus atau jam tangan paling elegan.

Apa itu? Waktu kita dan perhatian kita.

Kita punya waktu setiap hari. Tidak ada perbedaan sedikit pun antara waktu kita dan waktu yang dimiliki orang-orang sibuk di seluruh dunia. Kita juga mempunyai waktu luang yang tidak sedikit. Hanya saja, kerapkali kita tidak menyadari waktu luang itu. Di pesawat misalnya, kita punya waktu luang yang sangat banyak untuk membaca. Tetapi karena tidak kita sadari –dan akhirnya tidak kita manfaatkan dengan baik—beberapa tugas yang seharusnya bisa kita selesaikan di perjalanan, akhirnya mengambil hak istri dan anak-anak kita. Waktu yang seharusnya menjadi saat-saat yang membahagiakan mereka, kita ambil untuk urusan yang sebenarnya bisa kita selesaikan di luar rumah.

Bagaimana kita menghabiskan waktu bersama istri di rumah juga sangat berpengaruh terhadap perasaannya. Satu jam bersama istri karena kita tidak punya kesibukan di luar, berbeda sekali dengan satu jam yang memang secara khusus kita sisihkan. Bukan kita sisakan. Menyisihkan waktu satu jam khusus untuknya akan membuat ia merasa lebih kita cintai. Ia merasa istimewa. Tetapi dua jam waktu sisa, akan lain artinya.

Sayangnya, istri kita seringkali hanya mendapatkan waktu-waktu sisa dan perhatian yang juga hanya sisa-sisa. Atau, kadang justru bukan perhatian baginya, melainkan kitalah yang meminta perhatian darinya untuk menghapus penat dan lelah kita. Kita mendekat kepadanya hanya karena kita berhasrat untuk menuntaskan gejolak syahwat yang sudah begitu kuat. Setelah itu ia harus menahan dongkol mendengar suara kita mendengkur.

Astaghfirullahal ‘adziim....

Lalu atas dasar apa kita merasa telah menjadi suami yang baik baginya? Atas dasar apa kita merasa menjadi bapak yang baik, sedangkan kunci pembuka yang pertama, yakni cinta yang tulus bagi ibu anak-anak kita tidak ada dalam diri kita.
Sesungguhnya, kita punya waktu yang banyak setiap hari. Yang tidak kita punya adalah kesediaan untuk meluangkan waktu secara sengaja bagi istri kita.

Waktu untuk apa? Waktu untuk bersamanya. Bukankah kita menikah karena ingin hidup bersama mewujudkan cita-cita besar yang sama? Bukankah kita menikah karena menginginkan kebersamaan, sehingga dengan itu kita bekerja sama membangun rumah-tangga yang di dalamnya penuh cinta dan barakah? Bukan kita menikah karena ada kebaikan yang hendak kita wujudkan melalui kerja-sama yang indah?

Tetapi...

Begitu menikah, kita sering lupa. Alih-alih kerja-sama, kita justru sama-sama kerja dan sama-sama menomor satukan urusan pekerjaan di atas segala-galanya. Kita lupa menempat¬kan urusan pada tempatnya yang pas, sehingga untuk bertemu dan berbincang santai dengan istri pun harus menunggu saat sakit datang. Itu pun terkadang tak tersedia banyak waktu, sebab bertumpuk urusan sudah menunggu di benak kita.

Banyak suami-istri yang tidak punya waktu untuk ngobrol ringan berdua, tetapi sanggup menghabiskan waktu berjam-jam di depan TV. Seakan-akan mereka sedang menikmati kebersamaan, padahal yang kerapkali terjadi sesungguhnya mereka sedang menciptakan ke-sendirian bersama-sama. Secara fisik mereka berdekatan, tetapi pikiran mereka sibuk sendiri-sendiri.

Tentu saja bukan berarti tak ada tempat bagi suami istri untuk melihat tayangan bergizi, dari TV atau komputer (meski saya dan istri memilih tidak ada TV di rumah karena sangat sulit menemukan acara bergizi. Sampah jauh lebih banyak). Tetapi ketika suami-istri telah terbiasa menenggelamkan diri dengan tayangan TV untuk menghapus penat, pada akhirnya bisa terjadi ada satu titik ketika hati tak lagi saling merindu saat tak bertemu berminggu-minggu. Ada pertemuan, tapi tak ada kehangatan. Ada perjumpaan, tapi tak ada kemesraan. Bahkan percintaan pun barangkali tanpa cinta, sebab untuk tetap bersemi, cinta memerlukan kesediaan untuk berbagi waktu dan perhatian.

Ada beberapa hal yang bisa kita kita lakukan untuk menyemai cinta agar bersemi indah. Kita tidak memperbincangkannya saat ini. Secara sederhana, jalan untuk menyemai cinta itu terutama terletak pada bagaimana kita menggunakan telinga dan lisan kita dengan bijak terhadap istri atau suami kita. Inilah kekuatan besar yang kerap kali diabaikan. Tampaknya sepele, tetapi akibatnya bisa mengejutkan.

Tentang bagaimana menyemai cinta di rumah kita, silakan baca kembali Agar Cinta Bersemi Indah (Gema Insani Press, 2002, edisi revisi insya Allah akan diterbitkan Pro-U Media). Selebihnya, di atas cara-cara menyemai cinta, yang paling pokok adalah kesediaan kita untuk meluangkan waktu dan memberi perhatian. Tidak ada pendekatan yang efektif jika kita tak bersedia meluangkan waktu untuk melakukannya.

Nah.

Jika istri merasa dicintai dan diperhatikan, ia cenderung akan memiliki kesediaan untuk mendengar dan mengasuh anak-anak dengan lebih baik. Ia bisa memberi perhatian yang sempurna karena kebutuhannya untuk memperoleh perhatian dari suami telah tercukupi. Ia bisa memberikan waktunya secara total bagi anak-anak karena setiap saat ia mempunyai kesempatan untuk mereguk cinta bersama suami. Bukankah tulusnya cinta justru tampak dari kesediaan kita untuk berbagi waktu berbagi cerita pada saat tidak sedang bercinta?

Kerapkali yang membuat seorang ibu kehilangan rasa sabarnya adalah tidak adanya kesediaan suami untuk mendengar cerita-ceritanya tentang betapa hebohnya ia menghadapi anak-anak hari ini. Tak banyak yang diharapkan istri. Ia hanya berharap suaminya mau mendengar dengan sungguh-sungguh cerita tentang anaknya –tidak terkecuali tentang bagaimana seriusnya ia mengasuh anak—dan itu “sudah cukup” menjadi tanda cinta. Kadang hanya dengan kesediaan kita meluangkan waktu untuk berbincang berdua, rasa capek menghadapi anak seharian serasa hilang begitu saja. Seakan-akan tumpukan pekerjaan dan hingar-bingar tingkah anak sedari pagi hingga malam, tak berbekas sedikit pun di wajahnya.

Alhasil, kesediaan untuk secara sengaja menyisihkan waktu bagi istri tidak saja mem¬buat pernikahan lebih terasa maknanya, lebih dari itu merupakan hadiah terbaik buat anak. Perhatian yang tulus membuat kemesraan bertambah-tambah. Pada saat yang sama, menjadikan ia memiliki semangat yang lebih besar untuk sabar dalam mengasuh, mendidik dan menemani anak.

Ya... ya... ya..., cintailah istri Anda sepenuh hati agar ia bisa menjadi ibu yang paling ikhlas mendidik anak-anaknya dengan cinta dan perhatian. Semoga!

Sumber: Catatan di Fanpage FB Ust.Mohammad Fauzil Adhim

Kamis, 18 Desember 2014

Waspada, Malware Baru Gentayangan di WhatsApp




Bagi Anda pemilik smartphone harus berhati-hati dan waspada,  baru-baru ini ada malware baru yang menginfeksi smartphone berbasis Windows Phone, Android, iPhone, serta aplikasi Android yang berjalan di perangkat BlackBerry, demikian diungkap Kaspersky Labs.

Malware berbahaya di smartphone tersebut bernama 'Inception-Cloud Atlas' dan menyerang para eksekutif dunia bisnis, pemimpin militer, serta diplomat. Kabarnya malware ini diduga sengaja diciptakan dengan bantuan dari sebuah pemerintahan. Pihak yang mendanai malware ini dipastikan telah memberikan segalanya untuk mencegah pihak lain mengetahui siapa pembuat dari serangan malware ini.

Data-data yang berhasil dicuri oleh malware ini kemudian disimpan di layanan cloud storage yang berbasis di Swiss, yakni CloudMe. Ganasnya malware ini, bagi smartphone Android yang terinfeksi, maka percakapan telepon mereka akan otomatis terekam dalam bentuk file MP4 untuk kemudian diunggah ke si penyebar malware tersebut.

Malware berbahaya ini diketahui disembunyikan dalam sebuah update aplikasi WhatsApp. Para pengguna smartphone dan tablet disarankan untuk tidak melakukan update aplikasi WhatsApp, kecuali update tersebut datang langsung dari Windows Phone Store, Google Play Store, dan Apple Store.

Para pengguna Android juga disarankan untuk tidak dengan mudahnya menggunakan aplikasi yang bukan berasal dari Google Play Store. Sedangkan untuk pengguna iPhone, diharapkan untuk tidak melakukan jailbreak di perangkatnya, seperti dilansir dari Appleinsider. Lima negara yang paling diincar oleh malware ini adalah Rusia, Kazakhstan, Belarus, India, serta Republik Ceko.

Negara lain yang rentan diserang adalah Rumania, Venezuela, Mozambik, Paraguay, serta Turki yang menginfeksi sistem melalui spear phishing e-mail yang menarik korban untuk membuka file jebakan dengan kode mengeksploitasi kerentanan di Microsoft Word.

Oleh karena itu hati-hati dan waspada serta tidak sembarangan update aplikasi jika datangnya bukan dari aplikasi milik sistem operasi dari smartphone yang Anda miliki.


Kita Perlu Menasehati Presiden Biar Gak Lebay

USIA kepemimpinan Ir. Joko Widodo sebagai presiden belum seumur jagung – yang kerap disebut di kisaran tiga bulan atau seratus harian, dari menanam hingga panen. Mengacu pelantikannya per 20 Oktober 2014, berarti akan dua bulan kurang dua hari dua bulannya. Alias 58 hari. Belum bisa disebut ia memanen hasil. Jauuuuh.

Didampingi Drs. H. Jusuf Kalla, menjaring dan kemudian menetapkan sejumlah “pembantu”nya, menteri-menteri yang kemudian disebut sebagai Kabinet Kerja. Kendati dalam bilangan belum memanen, namun sejumlah kebijakan Jokowi sebagai komandan maupun menterinya cukup mencengangkan. Mungkin benar sesuai dengan acuannya: kerja, kerja, kerja.

Dan betul. Menteri Susi Pudjiastuti segera mencuat dengan gebarakannya, melampaui sejumlah nama menteri yang masih belum gegas melangkah kerja. Yakni dengan bersetuju menenggelamkan “kapal” asing yang suka mencuri ikan di perairan Nusantara ini. Lalu Menteri Anies Baswedan dengan keputusannya nan membingungkan saya. Walau, “Biarlah saya yang menangggung!” tandasnya, sebagai komandan atas keputusannya “menghentikan” Kurikulum 2013 itu hasil kerja Menteri M. Nuh, Menteri Pendidikan sebelumnya.

Dua saja dari menteri yang dalam dua bulan Kabinet Kerja ini, kemudianditenggelamkan atau tetap di bawah komando Presiden Kerempeng – yang kerap disebutkan oleh ketua Umum PDI Perjuangan atas anggotanya itu. Karena Jokowi sudah berbicara di dunia internasional, bahkan ia membuktikan bisa berbahasa Inggris, walau itu ada semacam ketidakkonsistenannya untuk berbicara dalam bahasa Indonesia di Rapat internasional sekalipun. OK. Itu hanya masalah “teknis”.

Yang kita tercengang, sebagai Presiden masih dengan gayanya yang super itu. Super di sini cenderung bisa memboroskan energi. Benar. Bahwa ia blusukan itu untuk mengetahui secara persis apa pemasalahan di bawah atau kondisi dan keinginan rakyat. Namun, apakah mesti begitu show of force-nya nan mencengangkan? Semisal, ia memanjat tower di Kepulauan Sebatik segala?

Jelas, bila Jokowi berlumpur ketika meninjau lokasi longsor di Banjarnegara, Jawa Tengah, yang menelan korban hampir seratus jiwa itu.  Sebagai bentuk konkret pemimpin yang “bekerja” dan empati terhadap warganya: “Yang paling utama pencarian korban!” serunya, tak ragu.

Kembali ke soal Presiden penekan utawa memanjat tower (lihat gambar).

[caption id="attachment_1776" align="alignnone" width="513"]jokowi manjat tower Aksi Presiden memanjat “tower” di Pulau Sebatik. (repro: Merdeka.Com)[/caption]

Di sini kita seperti melihat sebuah pemandangan atau akrobat kebablasan seorang kepala negara. Kenapa?  Karena ketika tiba di atas, dan melihat kondisi tower, itu merupakan hal teknis yang di seluruh pelosok negeri ada. Artinya, ya bukan soal prinsip benar. Karena, toh ia bisa menjewer siapa si penanggung jawab di lingkungan tower itu. Sama seperti kondisi jembatan, bangunan atau apa pun yang ada di pelosok negeri. Dengan segala kondisinya. Dan itu bukan pekerjaannya – karena selama dua bulan lalu “pembangunan” itu sudah ada.

Jika kepala Negara sampai jatuh dari acara naik tower, apa itu bukan sebuah kerugian besar? Apalagi bila akibatnya fatal. Padahal, tower itu “kecil” sekali dari gagasan besar Jokowi dengan pembangunan kemaritiman yang diimpikan dan telah “dijual” ke pihak luar negeri, atawa negara-negara G-20. Di mana negeri ini ingin bermarwah sebagai Jayamahe. Berjaya di wilayah kelautan.

Dari peristiwa kecil itu, rasanya kita, rakyat, berhak memperingatkan presidennya: untuk bekerja lebih proporsional. Tak menyerempet-nyerempet bahaya. Mengingat sejumlah persoalan di negeri ini yang ditata oleh pemimpin sebelumnya yang bisa disebut belum rapi, ada segunung persoalan. Sehingga rentang waktu lima tahun kepemimpinan seorang anak pinggir kali Solo yang belajar di Kehutanan di UGM menjadi lebih fokus. Dan bisa lebih mencapai hasil.

Percayalah, Pak Presiden. Anda sudah benar menjadikan kepemimpinnnya dengan “bekerja”. Namun waktu yang terbatas untuk membenahi karut-marut negeri ini pun perlu dimanajemeni secara baik. Dan benar. ***

 

Ditulis oleh Thamrin Sonata, seorang freelance writer