Selasa, 03 Desember 2013

Kondomisasi upaya Mengokohkan Praktek Riba di Indonesia

kumpul keboKondomisasai adlah legitimasi kebebasan seks. Kebebasan seksual adalah kompensasi atas dirampasnya berbagai kebebasan dasar masyarakat, dalam memiliki properti. Keluarga adalah bentuk keamanan sosial alamiah dalam masyarakat. Semakin besar keluarga, semakin aman masyarakat. Ini menghambat pengembangan industri riba, seperti bank, asuransi, dll, karena itu keluarga tidak dikehendaki, apalagi keluarga besar. Penggantinya adalah kebebasan memilih, seks bebas, kumpul kebo, dan legalisasi LGBT

Berikut ini adalah chripstrory dari kultwit ZaimSaidi berkenaan dengan #PekanKondomNasional yang dicanangkan oleh Kemenkes RI. Program kontraproduktif ini sangat menyakitkan bagi anak bangsa yang coba bangkit menjaga harkat dan martabat negeri bernama Indonesia ini.

Peneliti, Pengamat Kebijakan Publik PIRAC. #JAWARA Dirham & Dinar ini memaparkan ada sebuah konspirasi besar berkait kondomisasi dengan upaya penguatan sistem ekonomi ribawi di bumi Indonesia.

1. Bahwa implikasi dari kegiatan semacam #PekanKondomNasional yang provokatif itu adalah melegitimasi seks bebas itu sudah jelas.

2. Alasannya sbg pencegah HIV/AIDS bukan cuma meragukan, bahkan jika bisa, bukan itu caranya. Perilaku menyimpangnya yang harus dihentikan.

3. Jadi, jelas ada motif tertentu, dibalik gerakan yang mendunia ini, yakni kepentingan lestarinya sistem riba. Berikut penjelasannya.

4. Untuk terus bisa tumbuh dan berkembang sistem riba memerlukan masyarakat yang sakit jiwanya, gelisah, was-was, dan merasa tidak aman

5. Untuk itu semua kemungkinan adanya 'keamanan sosial' alamiah, tidak dikehendaki. Termasuk institusi2 masyarakat sendiri dan keluarga

6. Maka, tiap orang harus dijadikan individu yang teratomisasi, terisolasi secara terpisah-pisah, tanpa jaring pengaman sosial sama sekali.

7. Sistem ekonomi kapitalis, yang berbasiskan riba ini, selanjutnya menghendaki seseorang sepenuhnya terus menjadi budak bagi sistem ini.

8. Dalam sistem riba tiap individu diposisikan sbg buruh, konsumen, dan debitur scr bersamaan. Plus sebagai pembayar pajak - #Perbudakan

9. Dg penghasilan yg dipas (UMP), inflasi abadi uang kertas, ditakut2i soal kesehatan, pendidikan, masa depan, dll, tumbuh sakit jiwa itu

10. Datang bankir2 beri "solusi": KPR, kredit kendaraan, kredit alat2 rumah tangga, kredit pendidikan, asuransi kesehatan, dsb. #RIBA

11. Utang berbunga, tentu, bukan pemcahan, merosokkan lebih dalam lagi sang buruh-konsumen, jadi debitur - untuk terus diperbudak sistem ini

12. Institusi keluarga adalah sumber keamanan sosial, maka mengganggu industri riba: bank, aneka kredit, asuransi, jasa panti jompo, dll.

13. Apalagi keluarga besar, dg lebh dari satu istri, banyak anak, ini musuh sistem riba. Maka poligami dibenci, keluarga dikebiri lewat KB

14. Poligami tidak cocok, bahkan menghambat, kapitalisme ribawi. Maka propaganda antipoligami akan selalu sejalan dengan program KB.

15. Institusi keluarga itu sendiri harus dihancurkan, digantikan dg kebebasan memilih – seks bebas, kumpul kebo atau legalisasi LGBT

16. Maka, perkawinan sah dilabeliasi ‘nikah siri’, didiskreditkan, bhkn dikriminalisasi, kebebasan seksual ditolerir, bahkan dilegalisasi

17. Pembentukan keluarga besar, dengan anak banyak, menghasilkan safety net alamiah. Anak2 yg dewasa akan membantu biayai adik-adiknya

18. Kelak, ketika kedua orang tua mulai menjadi manula, anak-anaknya juga akan menjamin hari tua, memelihara, dan merawat mereka.

19. Apalagi bila tradisi kekerabatan masih kuat, safety net sosial, terbentuk lebih luas, lebih kuat, keluar dari keluarga, sampai sedesa.

20. Secara ekonomis keluarga besar akan dapat saling menopang, memenuhi kebutuhan, bahu-membahu dan secara estafet, menjalani hidup nyaman

21. Apalagi kalau keuarga itu lebih besar lagi, sdh disinggung di atas, dg lebih dari satu istri. Kaum perempuan lbh bisa aktualisasi diri

22. Perempuan yg berbagi suami, dg jaminan hidup dari suaminya, akan bisa banyak berperan dalm kehidupan sosial - kesehatan, pendidikan, dll

23. Maka, aneka rupa produk riba di atas, tidak dibutuhkan masyarakat. Senjata membuat individu gelisah, was2, dan sakit jiwa, bisa diatasi

24. Masyarakat secara umum akan sangat diuntungkan oleh peran sosial kaum perempuan yg bebas-merdeka dan terlindungi ini. Keluarga pun sehat

25. Kebebasan seksual itu sendiri memang diberikan sebagai kompensasi primitif atas dirampasnya hak-hak dasar masyarakat oleh sistem riba.

26. Beberapa hak dasar yang dirampas ini, yg memungkinkan riba merajalela: hak memilih alat tukar, memiliki harta, dan bebas dr dipajaki

27. Hak atas properti, adalah hak atas kehidupan itu sendiri, ketika dirampas, hak apalagi yang tersisa?

28. Para bankir merumuskan satu hak kompensatif: hak atas tubuh-mu sendiri! Tubuhmu adalah satu-satunya milikmu, perlakukanlah secara bebas

29. Tidak ada satupun oran lain berhak memperlakukan tubuh-mu, kecuali dirimu, inilah hak kebebasan berekspresi. Harus dilidungi.

30. Seks secara bebas adalah hak tubuhmu, kebebasan berekspresi, dalam bentuk apa pun: lain jenis, sesama jenis, bahkan lain spesies.

31. Kebebasan seksual adalah milikmu, pengganti kebebasan memiliki properti, memilih alat tukar, bebas dari dipajaki, dari rente dan bunga

31. Kebebasan seksual adalah milikmu, pengganti kebebasan memiliki properti, memilih alat tukar, bebas dari dipajaki, dari rente dan bunga

32. Teruslah jadi BUDAK industri riba, dan nikmatilah kehidupan "bebas" mu.

33. Rasul SAW menyatakan dosa RIBA lebih dari 36x berzina. Sistem riba lebih buruk dan keji dari kebebasan seksual, karena mejadi pondasinya

34. Maka, menjauhi zina, mencegah kebebasan seks adalah harus dan penting. tapi lebih penting dan mendasar adalah memerangi akarnya: RIBA.

35. Marilah bahu-membahu, berjamaah, menegakkan muamalah yang halal, via Komunitas @jawaradinar, hingga riba menyingkir. SEKIAN.


































Tidak ada komentar:

Posting Komentar