Kamis, 08 Juli 2010

Inikah Saatnya Ujungwaktu Microsoft?

“Tak ada yang lebih stres ketimbang Steve Ballmer,” koran The Wall Street Journalmenulis itu. Nada tulisan itu sangat serius. Bos Microsoft Corp ini memang tidak sedang di ujung tanduk, melainkan pasarnya telah digerogoti musuh. Bak rumah dimakan rayap yang bergerilya diam-diam.

The Wall Street menurunkan berita berisi dentang “lonceng bahaya” itu hanya beberapa hari setelah raja Internet, Google, resmi meluncurkan sistem telepon seluler barunya: Android. Mereka menggandeng produsen ponsel terkemuka, seperti Motorola, Samsung, LG, dan Sony Ericsson, serta belasan vendor lainnya.

Sudah bertahun-tahun Microsoft merajai pasar ponsel pintar dengan memasok sistem operasi Windows Mobile untuk PDA. Tapi kini mereka harus mengaku kalah. Pasarnya digerus oleh iPhone dan BlackBerry. Belakangan Google dan vendor ponsel lainnya juga ikut membuat mereka terpincang-pincang dengan meluncurkan Android.

Bagi Ballmer, ini memang ancaman besar. Mereka sudah kelabakan menghadapi Google di Internet. Google telah menciptakan pesaing Microsoft Word dan Excel gratis. Kini mereka harus menghadapi Google di ponsel.

Ancaman juga datang dari Apple. Sepuluh tahun lalu dia boleh saja meremehkan Steve P. Jobs. Saat itu Jobs mengganggu pasar komputer pribadi dan Microsoft dengan meluncurkan iMac, komputer dengan warna merah-kuning-hijau yang yummy seperti permen. Saat itu Jobs baru kembali masuk ke Apple setelah dipecat karena perusahaan tersebut bangkrut. iMac tak bisa menggoyahkan Microsoft dan dominasi Windows.

Belakangan lahirlah beberapa inovasi mengejutkan dari iPod pada 2001, iPhone 2007, dan kini iPad pada 2010.

Pasar terkejut dan tiba-tiba simpati mengalir kepada produk imut-imut Apple. Desain, fungsi, dan kemudahan penggunaan membuat produk-produk Apple meroket. Ballmer terguncang. Puncaknya adalah tahun ini. Rentetan inovasi itu membuat nilai saham Apple melambung, melebihi saham Microsoft. Ini rekor.

Nilai saham Apple pada 26 Mei 2010 mencapai US$ 222,12 miliar (Rp 2.000 triliun!). Angka itu mengalahkan nilai saham Microsoft yang pada hari yang sama nilainya US$ 219,18 miliar. Revolusi desain Apple telah membuat harga saham Apple melonjak 10 kali lipat selama 10 tahun terakhir.

Inikah ujungwaktu Microsoft? Revolusi-revolusi yang dilahirkan Apple membuat Microsoft tercengang. iPod, misalnya, sejak diluncurkan pada 2001 baru bisa ditiru Microsoft pada 2007 saat mereka meluncurkan pemutar musik Zune. Desain dan penjualan Zune pun kalah jauh oleh iPod.

Berkat iPod dan iPhone, Apple telah menjual 4 miliar lagu dan software lewat toko di dunia maya, iTunes.com. Kalau setiap lagu atau software dijual seharga US$ 0,99, Apple mengeruk pendapatan US$ 3,96 miliar hanya dari aplikasi dan lagu.
Apple telah melahirkan revolusi, revolusi pasar, desain, dan kebiasaan pengguna. Dulu merekalah yang mengenalkan mouse atau tetikus. Kini mereka pula yang menghilangkan tetikus serta papan ketik dan menggantinya dengan layar sentuh.

Revolusi yang digulirkan Steve Jobs ini terjadi di mana-mana, tak susah untuk dicari. Mari menjenguk kultur baru yang terjadi di Universitas Maryland. Beberapa tahun lalu, ponsel adalah barang haram di kelas-kelas kampus itu. Anda bisa dimaki-maki dosen bila asyik bermain ponsel di kelas. Kini dunia sudah “terbalik”. Justru mahasiswa diwajibkan bermain-main dengan ponsel. Dua pekan sekali, mahasiswa komputer di sana diajar insinyur Apple. Dia mengajarkan bagaimana keisengan bisa mendatangkan duit banyak. Mereka diajari membuat aplikasi game atau software untuk iPhone atau iPad dan dijual.

Bagaimana Ballmer akan melawan revolusi itu? Apple kini adalah model gemulai yang membuat orang tak bisa berkedip. Bagaimana Ballmer bisa menghadapi itu? Bagaimana Microsoft bertahan? Mungkin Ballmer harus memanggil pulang Bill Gates, yang kini sedang “bertapa” dengan proyek-proyek amal, agar Microsoft tak kalah oleh si gemulai Apple.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar