Institue for Essential Reform (IESR) menilai masyarakat berpendapatan menengah di perkotaan besar di Indonesia merupakan penyumbang emisi gas rumah kaca (GRK) terbesar di Tanah Air. Hampir 40-50 persen, emisi GRK itu berasal dari penggunaan alat elektronika.
"Masyarakat kelas menengah sesungguhnya merampas ruang atmosfir masyarakat miskin yang pola dan gaya hidupnya hanya menghasilkan emisi relatif rendah," ujar Direktur Ekesekutif IESR Fabby Tumiwa dalam Konperensi Pers Kampanye Keadilan Iklim Kepada Pemimpin Dunia di Jakarta, Minggu, 25 Juli 2010.
Berdasarkan survei sederhana IESR menggunakan perangkat carbon footprint calculator ditemukan bahwa pola dan gaya hidup kelompok masyarakat berpendapatan menengah di perkotaa menghasilkan emisi GRK rata-rata sebesar 4-6 kali dibandingkan rata-rata emisi GRK per kapita nasional.
Survei sendiri dilakukan secara online dan berhasil meneliti kebiasaan penggunaan energi yang berdampak pada emisi GRK dalam kehidupan sehari-hari dari sekitar 1000 orang anggota masyarakat. Sampel tersebut dilakukan pada masyarakat Jakarta, Bandung, Surabaya, dan kota-kota besar lainnya.
Febby memastikan bahwa konsumsi dari sisi energi dan gaya hidup terbukti ikut berkontribusi pada emisi GRK yang cukup besar.
Sejumlah pola dan gaya hidup yang diteliti diantaranya penggunaan perangkat listrik, pola transportasi, produksi sampah anorganik, penggunaan air kemasan, serta pola perjalanan masyarakat perkotaan.
Dari penelitian tersebut, terlihat bahwa 40-50 persen emisi GRK masyarakat perkotaan berpendapatan menengah berasal dari penggunaan perangkat elektronikan seperti telepon genggam dan televisi. Sisanya berasal dari kegiatan transportasi, air minum dalam kemasan serta faktor-faktor penyebab lainnya.
Penelitian juga menemukan bahwa masyarakat perkotaan berjenis kelamin laki-laki mengeluarkan emisi GRK dua kali lebih besar dibandingkan perempuan. "Mungkin mereka lebih banyak mengonsumsi energi dari perangkat elektronika dan travel," kata Fabby.
IESR juga rencananya akan mengeluarkan penelitian baru menggunakan basis penelitian carbon footprint calculator yang telah diperbarui. Perangkat penelitian terbaru ini akan diluncurkan pada Agustus mendatang.
"Dengan perangkat penelitian baru ini, kami juga akan meminta komitmen masyarakat untuk mengurangi emisi GRK," kata dia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar