Tampilkan postingan dengan label Asma Nadia. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Asma Nadia. Tampilkan semua postingan

Senin, 13 April 2015

Asma Nadia, Ada Apa dengan Kamu?

Beberapa hari ini, jagad dunia tulis-menulis dikagetkan dengan kicauan penulis berbakat Asma Nadia. Melalui akun twitternya, @AsmaNadia, ia membuat kontroversi dengan membuat pernyataan terbuka rasa cintanya kepada Haidar Bagir pemilik Mizan Grup, sebuah percetakan yang disinyalir berafiliasi dengan Syiah. Asma Nadia, Ada Apa dengan Kamu?

1. Benarkah film #AdaSurgadiRumahmu mempromosikan syiah? Kalau saya bahas ada yang tertarik mantengin kah? Cc @Haidar_Bagir @mizanprods

2. Sebelum backpacking bareng Jilbab Traveler ke Nepal, saya sempat nonton premiernya di Epicentrum #AdaSurgadiRumahmu #syiah?

3. Film yg diproduksi @mizanprods Ini disutradarai Aditya Gumay dgn sentral bakti pada orang tua khususnya Ibu #AdaSurgadiRumahmu

4. Sblmnya Aditya Gumay menggarap #EmakInginNaikHaji #rumahtanpajendela. Humanis dan menyentuh. Dialognya sehari2. Pun #AdaSurgadiRumahmu

5. Bagi saya pesan dalam cerita baik buku/film menjadi bagian penting, bukan hanya kebagusan secara teknis. #AdaSurgadiRumahmu

6. Cerita yang baik berhasil mengendapkan sesuatu di kepala dan hati penikmatnya. Juga semoga agenda kebaikan #AdaSurgadiRumahmu

7. Karenanya saya kaget ketika seorg teman bertanya: benarkah spt kata teman2nya film tsb adl film syiah? #AdaSurgadiRumahmu

8. Ternyata gosip ini merebak di kalangan ikhwah/islam katanya. #adasurgadirumahmu adl film syiah. Saya tanya balik buktinya apa ya?

9. Saya berharap kita tdk mudah termakan rumor, tanpa bukti. Apalagi membantu menebarkan dan jadi fitnah. #AdaSurgadiRumahmu

10. Film adl proyek dgn dana besar. Jgn smp tanpa tabayun (mencari kejelasan) kita menghakimi #adasurgadirumahmu

11. Tragis jika sebuah proyek kebaikan bermodal besar hancur karena umat termakan fitnah. #AdaSurgadiRumahmu

12. Sebuah kebaikan tetap kebaikan, terlepas siapa yang menyampaikannya. #adasurgadirumahmu

13. Jadi kalau ada yg menanyakan kabar ini, tanya balik di manakah jejak syiah di film #AdaSurgadiRumahmu? Saya tdk menemukannya

14. Penyandang dana terbesar di film #adasurgadirumahmu setahu saya adl PGN. Jejaknya jelas di filmnya:) #AdaSurgadiRumahmu

15. Jejak lain yg saya temukan adl semangat menyempurnakan cinta kepada org tua selagi mereka masih ada #adasurgadirumahmu

16. Kita sering memilih mencari surga yang jauh dan lupa pada jejak surga yang dekat: ayah dan bunda. #AdaSurgadiRumahmu

17. Ini film yang seharusnya dimanfaatkan para orang tua untuk mengupadate semangat kasih dan syg ananda pada ayah bunda #AdaSurgadiRumahmu

19. Sedang Mas @Haidar_Bagir adl guru bagi banyak orang, saya salah satunya. Luas jejak kasih dan kebaikan beliau hanya Allah yang tahu.

20. Dalam perjalanan Pokhara ke Kathmandu saya menangis menulis ini. Sebab ktk premier #AdaSurgadiRumahmu saya blg ke ayah @isaalamsyah jk..

21. Saya blg ayah @isaalamsyah jk bertemu Mas @Haidar_Bagir saya izin ayah, mau bilang I love you. Saya mencintai Mas Haidar karena Allah

22. Semoga Mas @Haidar_Bagir senantiasa diberikan kesehatan dan berkah usia hingga tetap bisa menjadi guru kasih bagi banyak org. Aamiin

23. Mari menjadi muslim/ah yang rajin tabayun & menjadi penggerak serta pendukung proyek2 kebaikan. Saling bantu bukan saling menghancurkan

Minggu, 29 Maret 2015

Seni Memberi

image

Seorang pengemis setengah baya mengiba di balik jendela mobil seorang sahabat, pengusaha muda, Gadis namanya. Ia hanya mengangkat tangan tanda tak bersedia memberikan uang diimbuhi kalimat singkat, "Maaf!"
"Seribu, 2.000 saja, Non, buat makan!" si pengemis tetap mengiba. “Maaf,” katanya lagi. Lampu hijau menyala, Gadis melaju meninggalkan lampu merah tanpa memberi sepeser pun pada si pengemis.
Di sebuah pertigaan, seorang nenek tua tampak sabar memungut satu per satu botol dan gelas bekas minuman mineral di pinggir jalan. Gadis meminggirkan mobilnya, turun dan mengobrol sebentar dengan sang nenek. Sejurus kemudian, mengulurkan uang 50 ribuan dari dompet tanpa diminta.
Segenap doa keluar dari mulut sang nenek agar rezeki mengalir buat sang pemberi sedekah. Sahabat saya hanya tersenyum dan berlalu.
Sejam kemudian, ia bertemu seorang kakek penjual pisang. Lagi-lagi, Gadis memberhentikan kendaraannya."Berapa, Pak?" "20 ribu setandan.” Gadis mengeluarkan uang 100 ribuan dan mengambil pisang setandan, kemudian berlalu tanpa mengambil uang kembalian.
Kejadian berturut-turut tadi sebenarnya bukan hal luar biasa. Siapa pun yang dekat dengan si Gadis terbiasa melihatnya menghentikan kendaraan mendadak mengikuti dorongan hati. Tetapi, pilihannya hari ini mengusik keingintahuan saya yang sejak tadi hanya duduk di sisinya dan memperhatikan.
"Kalau boleh tahu, mengapa kamu tidak bersedekah kepada si pengemis walau hanya 2.000, tapi memberi pemulung dan penjual pisang uang cukup besar?" Gadis terdiam sebentar sebelum menjawab.
"Kamu tahu, sebagian orang mungkin berpikir, jika memiliki uang Rp 50 ribu dan diberikan ke masing-masing pengemis Rp 2.000 maka akan membahagiakan 25 orang. Sedangkan, jika memberi Rp 50 ribu pada satu pemulung atau penjual tua berarti hanya membahagiakan satu orang saja."
Saya tak menyela, sebaliknya, meminta teman baik semasa sekolah itu kesempatan melanjutkan. "Tapi, saya memilih memberi satu pemulung atau penjual tua uang dalam jumlah lebih daripada uang kecil kepada banyak pengemis. Sebab, pengemis yangkita jumpai di jalan raya sebagian besar bukan tidak mampu melakukan pekerjaan. Mereka mengemis sebagai profesi. Mereka punya baju bagus, tapi memilih memakai baju lusuh agar membangkitkan simpati. Ini manipulasi. Saya tidak rela bersedekah karena dimanipulasi."
Saya mengangguk.Sepakat dengan penjelasannya. "Jika saya memberi 25 orang pengemis, berarti saya mendukung orang sebanyak itu untuk terus mengemis dan membiarkan mereka memanipulasi rasa kasihan orang. Sebaliknya, jika saya bersedekah kepada satu pemulung atau penjual tua, berarti saya memberi dukungan pada mereka yang mau bekerja keras untuk menghasilkan uang, bukan dengan mengemis, meskipun secara fisik sudah renta."
Kalimat-kalimat berikutnya lahir diiringi senyum geli. “Dulu saya pernah menawarkan pekerjaan kepada beberapa pengemis. Sebagian bertanya, apakah pekerjaan yangsaya tawarkan bisa menghasilkanRp 10 juta sebulan sebagaimana mengemis?"
Pertanyaan balik yang sempat mengagetkannya, sebab sebagian besar pegawainya saja tidak memiliki penghasilan sedemikian. "Serius, para pengemis bisa dapat Rp 10 juta sebulan?"
Anggukan kepala si Gadis sepenuhnya menghapus keraguan."Awalnya, saya juga tidak percaya. Tapi, coba hitung. Rata-rata lampu merah berhenti 60 detik. Berarti dalam satu jam ada 60 kali lampu merah. Jika pengemis mengejar tiap peluang lampu merah dan setiap lampu merah mendapat Rp 2.000, maka sejam diprediksi penghasilannyabisa mencapai Rp 120 ribu. Jika bekerja selama delapan jam penuh maka potensi penghasilannya mencapai Rp 960 ribu per hari. Anggap ia hanya menunggu di satu sisi, berarti dia akan mendapat Rp 480 ribu per hari. Wajar jika mengemis menjadi bisnis besar. Bahkan,ada pihak yang mengumpulkan mereka untuk dikaryakan sebagai pengemis."
Mobil telah terparkir di halaman rumah saya. Sebelum berpisah, sang sahabat menutup pembicaraan. "Wallahua'lam apakah cara saya salah. Hanya, rasanya tidak adil jika pengemis mendapat penghasilan lebih dari mereka yang bekerja keras. Berbeda jika ada pengemis di daerah bencana yang meminta-minta karena kehilangan segalanya.” Saya mengangguk, melambaikan tangan hingga kendaraannya menghilang di gerbang kompleks.
Begitu banyak keutamaan bersedekah yang Rasulullah sampaikan menjadi motivasi tersendiri untuk berbagi. Sedekah bisa menambah rezeki, juga menolak bala. Sedekah memadamkan amarah Allah. Sedekah yang ikhlas mampu menolak su’ul khatimah atau jelek dalam menemui kematian. Sedekah pun bisa menjadi jalan kesembuhan.
Bahagia ada bukan karena menerima, melainkan dengan memberi. Mengenal si Gadis bertahun-tahun cukup bagi saya untuk mengerti jalan sedekah yang dipilih-Nya demi membuka pintu keridhaan Allah. Hari ini, ditambah sebuah pelajaran baru, menggabungkan semangat berbagi dengan seni memberi. Memilih dengan bijak dari begitu banyak cara berbagi hingga lebih banyak mendatangkan manfaat dan kebaikan.


Oleh Asma Nadia

Selasa, 15 Juli 2014

Kepada @AsmaNadia: Catatan Hati Seorang Suami dan Ayah




Sinetron di negeri kita terkenal dengan kisah yang mendramatisir konflik rumah tangga. Perselingkuhan, perkelahian, pengkhianatan, dendam, iri, dengki, rebutan suami, rebutan warisan. Ngeri menontonnya.