Rabu, 24 April 2013

SELALU ADA ALASAN PASTI JUGA ADA PEMAKSA

GambarBeberapa waktu yang lalu, partai tempat saya bernaung mengadakan sebuah workshop rekruitmen calon anggota baru, namanya Regu Tangguh Dakwah (RTD). Di ujung workshop, kami ditantang untuk mendatangi sebanyak-banyaknya warga secara acak dan mengajak mereka menjadi anggota partai.

Di tempat yang berbeda, di level kepengurusan yang sama juga diadakan kegiatan sejenis, juga dengan sistem yang sama. Pada akhir workshop seluruh peserta dikumpulkan, jumlah calon anggota baru pun dikumpulkan. Masing-masing peserta ditanyakan jumlah calon anggota partai yang berhasil di-closing.

Ada dua kondisi yang akan dipaparkan disini.

  1. Di Kab. Aceh Selatan seorang ustad berhasil mengumpulkan calon anggota dengan jumlah yang mencengangkan, hampir 60 orang dalam waktu 2 jam.


Beliau kebetulan pimpinan pesantren, alumni Timur Tengah, tokoh masyarakat yang disegani, dai, pimpinan berbagai lembaga kemasyarakatan, dan lain-lain kelebihannya. Beliau juga lahir dan besar di kampung yang kebetulan menjadi lokasi tempatnya mencari calon anggota baru.

  1. Di Kab. Aceh Barat, ada seorang anak muda yang kebetulan mendapatkan calon anggota terbanyak, ‘hanya’ 17 orang.


Kalau untuk kasus yang pertama, rasanya wajarlah sang ustad mendapatkan jumlah anggota sebanyak itu. Ada banyak faktor dan alasan yang melatarbelakangi beliau sukses merekrut banyak calon anggota.

Untuk kasus yang kedua, terkesan sang anak muda itu tidak ada apa-apanya. Tapi mari kita lihat lebih lanjut tentang si anak muda:

  • Ia baru ada di kabupaten itu sekitar 1,5 tahun yang lalu

  • Keturunan Jawa, lahir dan besar di Medan

  • Sama sekali tidak mampu berbahasa Aceh

  • Tidak punya satu orangpun saudara kecuali istri dan anak-anaknya

  • Punya beberapa orang teman, tapi hampir semua temannya adalah kader partai tersebut

  • Ia juga bukan orang kantoran, tidak punya teman kantor yang bisa ia prospek.


Terlihat sekarang kan, betapa sangat menderitanya si anak muda ini mendapatkan tantangan rekrutmen calon anggota partai. Tak satupun saudara yang bisa dia prospek karena semua saudaranya di Medan atau di Jawa. Nyaris semua temannya sudah kader partai yang sama, tak mungkin diprospek. Tidak bisa bahasa Aceh, padahal lingkungannya menggunakan bahasa Aceh sebagai bahasa sehari-hari. Mau prospek kawan seprofesi, dia tidak punya kantor. Lengkap sekali penderitaannya kan?

Jika sosok ini adalah kita, mungkin kita akan langsung surut. Dia tak menemukan satupun alasan bagaimana dia bisa berhasil mendekati satu orangpun untuk ditawari sebagai anggota partai.

Tapi entah mengapa, dia berhasil juga mendekati, mengajak bicara, meyakinkan, dan kemudian menutup dengan menandatangani formulir calon anggota partainya.

Jawabannya hanya satu: ia menemukan faktor PEMAKSA untuk menjadi seorang pemenang.

Yang terjadi sebenarnya adalah, ia menjadikan segala alasan untuk mundur itu sebagai sebuah tantangan. Dia menantang dirinya sendiri. Dia memaksa dirinya sendiri. Dan entah bagaimana awalnya, tiba-tiba saja dia begitu ringan melangkahkan kakinya di wilayah yang dia sama sekali belum pernah datangi, mengetuk satu persatu rumah disana.

Saat beranjak ke titik kumpul, ia sempat bertemu dengan ketua regunya. Saat itu ia sudah mengumpulkan 8 anggota baru. Dia bertanya pada sang ketua jumlah orang yang ia rekrut. Ternyata jawabannya diluar asumsinya, hanya merekrut 3 orang. Sang ketua pun bercerita tentang susahnya mengajak orang bergabung di partai dengan semua permasalahannya. Tapi si anak muda justru memanasi sang ketua, kalau dia bisa rekrut 8 orang dan ‘memaksa’ sang ketua mendapatkan 4 orang lagi karena minimal harus merekrut 7 orang.

Saat perjalanan ke titik kumpul itulah sang anak muda menoleh sebuah gang. Sepi, hanya ada 3 rumah di gang itu. Entah kenapa si anak muda nekat masuk ke dalam gang itu. Di salah satu rumah, beberapa orang sedang berkumpul di sebuah teras.

Bismillah.... mulailah ia dengan sebuah salam hangat. Memperkenalkan dirinya sebagai seorang kader partai, menceritakan partainya, meminta pendapat mereka tentang partainya dan akhirnya diskusi pun mengalir. Percakapan itu ditutupnya dengan menawarkan bergabung sebagai anggota partainya. Tak disangka, semua yang ada di teras itu berebutan mengisi formulir yang ia sodorkan. Bahkan, mereka memanggil orang-orang sekitar rumahnya untuk bergabung. Beberapa orang menolak, tapi yang pasti 9 orang menandatangani formulir calon anggota baru.

Begitulah, kita selalu bisa menemukan alasan untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Dalam satu kondisi, pasti kita akan menemukan dua alasan tersebut. Alasan untuk maju, pasti ada. Begitupun, alasan untuk mundur, juga pasti ada.

Saat kita kesulitan menemukan alasan untuk maju, satu-satunya cara adalah mencari sebuah PEMAKSA. Sang anak muda itu sukses memaksa dirinya untuk berhasil.

Dan saat berkumpul di mesjid menjelang ashar, dia masih sempat menemui sang ketua regu dan menyarankan untuk memprospek jamaah shalat Ashar. Alhamdulillah, 4 orang berhasil closing sehingga cukuplah 7 orang calon anggota untuk sang ketua.

...anak muda itu adalah saya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar