Rabu, 24 Desember 2014

Belajar Skala Prioritas dari Joko Widodo

Bagi pecintanya, sosok Joko Widodo atau yang lebih dikenal sebagai Jokowi adalah seorang nabi bagi umatnya. Kebenaran mutlak, perkataannya adalah fatwa berlandas wahyu. Begitulah Jokowi bagi umatnya. Maka jangan heran kalau Anda nekat menceritakan keburukan seorang Jokowi, khususnya di sosial media, maka berbagai komentar miring, makian, dan doa mampuspun mengalir mengikuti kalimat-kalimat di status Anda.

Pecinta militan Joko Widodo lebih seperti pasukan terorganisir yang siap mengangkat senjata bila sang idolanya dikritik, apalagi dicela. Begitulah di negeri ini.

Besok, 25 Desember 2014 Joko Widodo akan terbang ke Papua, menghadiri perayaan Natal disana. Sementara sebelumnya dia sempat merencanakan hadir di Propinsi Aceh dalam rangka memperingati genap 10 tahun peristiwa dahsyat yang meluluhlantakkan negeri Serambi Mekah ini, 10 Tahun Tsunami Aceh.

10 tahun yang lalu, tepatnya 26 Desember 2004, terjadi gempa bumi besar di tengah lautan yang berefek terjadi gelombang luar biasa menghempas kepulauan dan daratan Sumatera, khususnya Aceh sekitarnya. Lebih dari 100.000 ribu nyawa meregang. Bahkan sampai hari ini pun, masih ada ditemui kerangka jenazah korban kedahsyatan tsunami yang tertimbun lumpur.

Begitulah dahsyatnya tsunami Aceh. Jika ditambahi dengan korban-korban di negara-negara sekitar, maka seperempat juta nyawa melayang pada hari itu. Jumlah yang sangat fantastik. Sangat memilukan, meninggalkan luka permanen bagi yang masih hidup.

skala_prioritas_jokowi_masawep.in (2)

Tapi itu adalah cerita pilu bagi rakyat Aceh. Bukan cerita pilu bagi seorang Joko Widodo.

Untuk acara 10 tahun tsunami, sang presiden lebih memilih pergi ke Papua, menghadiri misa natal. Ntah apa yang dibenaknya. Baginya Papua adalah sebuah kegentingan yang memaksa hingga harus membatalkan ke Aceh. Baginya, misa Natal agama Kristen jauh lebih urgen dan harus didahulukan daripada peringatan tsunami di Aceh. Bagi Joko Widodo, hari pada saat nyawa ratusan ribu warga Aceh melayang tidak sebanding dengan hari lahir tuhan bagi agama orang lain.

Itulah skala prioritas seorang Joko Widodo.

Papua lebih penting dari Aceh. Natal lebih urgen dari tsunami. Kelahiran seorang tuhan agama Kristen lebih mendesak dari kematian ratusan ribu penduduk Aceh.

Ironis. Beginilah cerita serial negeriku....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar