Tampilkan postingan dengan label pemilu 2014. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label pemilu 2014. Tampilkan semua postingan

Rabu, 30 April 2014

Bukan di Negeri Dongeng. Tukang Urut Ini Terpilih Sebagai Wakil Rakyat

image



Nasib orang siapa yang tahu. Istilah ini sepertinya cocok untuk menggambarkan Iyus Gusmana. Meski berprofesi sebagi tukang urut, Iyus berhasil mendapat satu kursi di DPRD Kota Serang.
Profesi tukang urut ini dijalani Iyus sejak empat tahun lalu. 'Bakat' memijat Iyus sepertinya merupakan keahlian turun menurun.

Kamis, 24 April 2014

Nasib Jokowi Bakal Sama Seperti MH370

jokowi stress


Pemilihan Umum (Pemilu) seolah menjadi gula-gula bagi semut industri survei dan pengamat politik yang kian menjamur. Rakyat sebagai inti demokrasi kebingungan sebab peranan lembaga-lembaga tersebut, meskipun tidak semua, telah melampaui otoritasnya dengan menjelma menjadi “biro jodoh” Capres dan Cawapres, sedangkan pengamatnya menjadi “juru nikah” dengan menyodorkan “nama” cawapres tertentu.


Lembaga survei dan pengamat yang dikritik, pada pemilu 2014 ini, utamanya mereka yang ngeblok pada calon wakil presiden (Cawapres) pengusaha, mempunyai dana besar sebab disokong dan dikerumumi konglomerat kakap. Letupan kalimat seperti melacurkan integritas, menyumbat obyektifitas ilmiyah, merekayasa nilai-nilai empiris metode survei dan menggadaikan gelar Master, Phd dalam dan luar negeri  demi politik dan uang, membrondong juru ramal elektabilitas politik dan kekuasaan tersebut. Ekspresi dongkol bermunculan darai para petinggi partai utamanya yang berbasis massa Islam, setelah dipendam sekian bulan sebab mereka dianggap mati suri menemui ajalnya pada Pemilu 2014 ditelan elektabilitas Jokowi.


Kritik yang betul-betul menyayat nurani pelaku bisnis survei datang dari Drajat Wibowo (PAN), Romahurmuziy (PPP), beberapa petinggi PKS dan partai lainnya termasuk para intellektual, sebab realitas politik berbicara lain. Angka-angka ajaib pra-Pileg kontras dengan fakta politik, menambah intensitas gunjingan atas embaga-lembaga tersebut di ruang publik. Mereka yang dituding survei bayaran menjadi musuh bersama sebab dianggap mengumbar angka-angka magic yang muncul entah dari mana rimbanya.

MASIH PERCAYA DENGAN DAGELAN LEMBAGA SURVEY?

Gambar


Beberapa hari setelah Pemilu legislatif dilaksanakan, tepatnya tanggal 11 April 2014 kompas.com menayangkan berita dan tulisan yang menarik. Berita atau artikel tersebut terkait pelaksanaan survey oleh beberapa lembaga survey terkait pilihan masyarakat untuk mencoblos partai tertentu. Survey sendiri dilaksanakan beberapa hari sebelum pemilu tanggal 9 April 2014 itu dilaksanakan.


Pada artikel itu ada empat lembaga survey yang dikutip kompas.com dari rekannya sesama portal online yaitu tribunnews.com. Adapun lembaga survey tersebut Lembaga Survei Jakarta (LSJ), Indonesia Research Centre (IRC), Lembaga Klimatologi Politik (LKP) dan Indonesia Network Elections Survei (INES).


Adapun hasil dari survei itu diperoleh hasil sebagai berikut :

Kamis, 30 Januari 2014

5 Tahun Lalu, Ini yang Dilakukan para Caleg Gagal

coblosnganggur

SELANG dua bulan ke depan, Indonesia akan menggelar pemilu 2014. Seperti kita ketahui, untuk jadi wakil (sebagian) rakyat butuh modal besar. Harapannya, tentu saja, setelah terpilih, modal itu bisa balik lagi.

Nah, lima tahun silam, ada banyak caleg stress gara-gara gagal tak terpilih pada pemilu legislatif di bulan April tahun 2009 itu. Berikut adalah sebagian data tentang caleg tak terpilih dan kemudian jadi stres. Daftar nama dan info diambil dari berbagai sumber media cetak maupun online.

  1. Caleg SK di Dapil I Kabupaten Sumbawa menarik kembali bantuan sebuah mesin genset yang disumbangkannya ke mesjid. Selain itu, ia juga menarik bantuan dana sebesar Rp 1 juta yang disumbangkannya ke dua mushallah.