Kamis, 24 April 2014

MASIH PERCAYA DENGAN DAGELAN LEMBAGA SURVEY?

Gambar


Beberapa hari setelah Pemilu legislatif dilaksanakan, tepatnya tanggal 11 April 2014 kompas.com menayangkan berita dan tulisan yang menarik. Berita atau artikel tersebut terkait pelaksanaan survey oleh beberapa lembaga survey terkait pilihan masyarakat untuk mencoblos partai tertentu. Survey sendiri dilaksanakan beberapa hari sebelum pemilu tanggal 9 April 2014 itu dilaksanakan.


Pada artikel itu ada empat lembaga survey yang dikutip kompas.com dari rekannya sesama portal online yaitu tribunnews.com. Adapun lembaga survey tersebut Lembaga Survei Jakarta (LSJ), Indonesia Research Centre (IRC), Lembaga Klimatologi Politik (LKP) dan Indonesia Network Elections Survei (INES).


Adapun hasil dari survei itu diperoleh hasil sebagai berikut :


1. Versi LSJ (survei tanggal 18 -30 Maret 2014)


Hasilnya adalah Hanura memimpin dengan perolehan 15,1 % disusul Gerindra dengan elektabilitas 13,5%


2. Versi IRC


Tanggal 1 Februari 2014 (berarti jauh sebelum Jokowi dicapreskan oleh Mega) IRC menyebut elektabilitas PDIP lebih dari 30% sedangkan partai partai islam seperti PAN PKB PKS dan PPP kurang dari 3,5%


3. Versi LKP


Dengan dirilis tanggal 13 Maret 2014 menurut LKP elektabilitas PDIP paling tinggi disusul oleh Golkar. Setelah itu Gerindra dan Hanura lebih unggul dari Partai Demokrat.


(di kompas.com tidak disebutkan prosentase angkanya juga hehehe)


4. Versi INES


Sebelum pemilu Ines merilis hasil survei nya sebagai berikut :PDIP 26,7%, Gerindra 26,6%, Golkar 14,8%, Hanura 7.5%, Nasdem 6.9% dan partai lainnya dibawah 5%


Ternyata dari 4 lembaga survei mempunyai hasil sendiri-sendiri. Entah metode apa yang dipake untuk survei tersebut sehingga dari 4 lembaga survei ada 4 hasil yang berbeda. Tidak mirip sama sekali. Apalagi jika dibandingkan dengan hasil quick count. Seperti diketahui hasil quick count dari pemilu kemaren itu PDIP no 1 dengan  memperoleh 18,9% disusul Golkar 14,3% dan Gerindra 11,8% (Versi Cyrus - CSIS, detik.com). Dari sini kelihatan jelas perbedaan keduanya antara survei dan quick count.


Dulu sempat beredar kabar bahwa banyak lembaga survei dalam survei nya tidak independen lagi tetapi hasilnya disesuaikan dengan pesanan yang bayar. Dan hal tersebut dibantah keras oleh banyak lembaga survei. Tetapi dengan hasil survei  yang ‘aneh’ seperti tersebut diatas, masyarakat sekarang bisa mengira-kira lembaga survei mana yang berbayar itu.


Kedepan ini masih ada lagi pemilu presiden pada bulan Juli mendatang, semoga saja masyarakat sudah tidak bisa ditipu lagi oleh lembaga-lembaga survei yang mensurvei electabilitas calon presiden nantinya. Apa lagi saat ini sudah marak capres bagi-bagi nasi bungkus untuk  meningkatkan pencitraannya di media online. Sehingga masyarakat harus benar-benar pintar memilah dan memilih informasi terkait capres mana yang pencitraan baik itu olahan dari survei atau dari media-media online yang lagi marak itu. Sehingga pada waktu pencoblosan nanti mencoblos sesuai hati nurani.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar