Kamis, 24 April 2014

Pendukung Jokowi Katolik Fundamentalis? (Bagian 3)

image

Manuver CSIS lewat Jakob ini tentu membuat resah kubu James Riyadi. Pasca pertemuan tersebut media dalam kendali James Riyadi mulai mengungkit-ungkit peranan CSIS sebagai lembaga yang pada era Soeharto ikut mengebiri PDI. Megawati diingatkan tentang fakta itu. Tujuan akhirnya tentu saja agar Mega dan Jokowi menjauh dari CSIS sehingga James Riyadi bisa dominan lagi.
Tapi jangan sampai dilupakan bahwa kubu CSIS/Jusuf Wanandi mempunyai koran The Jakarta Post, sebuah koran berbahasa Inggris yang cukup berwibawa, yang bisa melakukan serangan balik. Kita tahu sendiri, sekali memberitakan bahwa Puan mengusir Jokowi dari rumah Megawati, peta politik di internal PDIP berubah dratis. Puan tiba-tiba hilang, Megawati seperti tak memikirkan lagi koalisi, dan Jokowi seperti anak kehilangan induk, ke sana-kemari mencari teman koalisi.
Tapi, jangan dilupakan faksi Partai Sosialis Indonesia [PSI]. Partai yang didirikan Sutan Sjahrir pada era Seokarno ini memang sudah tak ada, tapi kadernya sampai saat ini masih bergentanyangan. Tokoh-tokoh PSI seperti Goenawan Mohamad terang-terangan sudah mendukung Jokowi. Ia menggunakan jaringan-jaringan yang dimilikinya seperti Jaringan Islam Liberal [JIL], Tempo grup sampai orang-orang Kiri yang berhasil dikadernya seperti Coen Husein Pontoh dan Margiyono—dulu anggota PRD yang kemudian murtad dengan mendirikan Perhimpunan Demokratik Sosialis [PDS]; PDS ini pendiriannya tidak bisa dilepaskan dari sosok Goenawan Mohamad; pendeklarasian organisasi ini dilakukan di Teater Utan Kayu [TUK]—yang sekarang melakukan manipulasi-manipulasi terhadap ajaran Marxisme agar bisa dijadikan dalih untuk mendukung Jokowi. Semua itu satu komando untuk mendukung Jokowi.
Selain Goenawan, ada faksi PSI yang dikomandoi oleh Jakob Oetama dengan kelompok Kompas-nya. Mereka mempunyai media nasional yang sudah sejak lama telah menggoreng Jokowi lewat pemberitaan-pemberitaannya. Sebagai sesama Katolik, Kompas grup tentu bisa bekerjasama dengan kubu CSIS. Mereka sama-sama pernah dididik oleh Pater Beek. Bahu membahu antara keduanya tentu saja akan menghasilkan kekuatan yang besar dengan jaringan media yang sudah mengakar kuat.
Dari lingkaran PSI lainnya ada Yamin. Ia salah satu yang membidani kelahiran Seknas Jokowi. Sewaktu mahasiswa pada tahun 80-an, ia aktif di kelompok kiri Rode yang berada di Yogyakarta. Ia dekat dekat dengan tokoh PSI Yogyakarta, Imam Yudhotomo. Yamin disokong aktivis kiri era 80-an, Hilmar Farid. Ia dulu pernah terlibat dalam masa-masa pembentukan PRD. Mantan istrinya, Gusti Agung Putri Astrid, merupakan kader Kasebul yang banyak terlibat dengan aksi-aksi sosial pada era 90-an; ia sekarang menjadi caleg PDIP dari dapil Bali. Peran Hilmar adalah sebagai perumus strategi yang perlu diambil Seknas Jokowi menghadapi Pilpres.
Faksi PSI lainnya ada Fajroel Rachman. Ia dulu dikenal sebagai aktivis mahasiswa ITB. Ia dekat dengan tokoh PSI zaman Orde Lama, Soebadio Sastrosastomo. Kelompok Fajroel ini sebetulnya yang paling lemah karena tidak mempunyai koneksi apa-apa. Makanya ia hanya bergerak di media sosial saja dengan mengandalkan jumlah follower di akun twitternya.
Di antara faksi-faksi PSI tersebut, yang mempunyai hubungan kuat dengan Amerika Serikat adalah faksi Goenawan Mohamad. Sebagaimana ditulis oleh Wijaya Herlambang, Goenawan adalah agen CIA yang sudah dipekerjakan sejak akhir era Soekarno. Begitu kuatnya hubungan Goenawan dengan Amerika bisa dilihat ketika ia kalah dalam sengketa dengan pengusaha Tomy Winata, Dubes AS turun langsung untuk “mendamaikan” kasus tersebut agar tidak berlarut-larut. Goenawan pula yang dulu ikut memuluskan langkah Boediono menjadi wakil presiden.
Sebetulnya ia ingin mendorong Sri Mulyani maju, tapi partai SRI tidak lolos. Goenawan dan Sri Mulyani memang dekat. Ketika Sri Mulyani diserang Ical dalam kasus Bank Century sampai akhirnya ia mundur sebagai Menkeu, Goenawan amat marah sampai-sampai mengembalikan Bakrie Award yang pernah diterimanya.
Silahkan mengobrak-abrik semua analisa politik, tetap saja penyokong utama Jokowi ada tiga itu: fundamentalis Katolik [CSIS/Kasebul], fundamentalis Kristen [James Riyadi dkk], dan faksi PSI [Goenawan Mohamad dkk]. Nah, mengapa mereka turun bersama-sama mendukung Jokowi?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar