Tampilkan postingan dengan label Pendidikan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Pendidikan. Tampilkan semua postingan

Selasa, 21 April 2015

Mitos Kartini dan Rekayasa Sejarah


Ada yang menarik pada Jurnal Islamia (INSISTS -Republika) edisi 9 April 2009 lalu. Dari empat halaman jurnal berbentuk koran yang membahas tema utama tentang Kesetaraan Gender, ada tulisan sejarawan Persis Tiar Anwar Bahtiar tentang Kartini. Judulnya: “Mengapa Harus Kartini?”


Sejarawan yang menamatkan magister bidang sejarah di Universitas Indonesia ini mempertanyakan: Mengapa Harus Kartini? Mengapa setiap 21 April bangsa Indonesia memperingati Hari Kartini? Apakah tidak ada wanita Indonesia lain yang lebih layak ditokohkan dan diteladani dibandingkan Kartini?

Senin, 13 April 2015

Tamat Sekolah? Kuliah Ikatan Dinas Aja


Lulus SMA/SMK tahun ini, kuliah aja di Perguruan Tinggi Ikatan Dinas dan Besiswa Penuh.

Bagi orang tua yg ingin menyekolahkan putra/i nya yang lulus SMA/K tahun ini, bersama ini kami sampaikan Daftar Perguruan Tinggi Ikatan Dinas dan Besiswa Penuh yaitu:

Sabtu, 14 Maret 2015

Selamatkan Anak Kita (dari Kebodohan Kita Sendiri)

 Save Your Childrenwpid-IMG_20150310_141913.jpg
oleh Ibu Elly Risman


Dear Parents, saya suka sekali mencium anak dan cucu-cucu saya, saat harum atau keringatan. Saya berdendang,"Kamu acem tapi mama suka! Mama simpen di otak mama. Bila terlintas ada bau yg sama dimana dan kapan saja, saya teringat anak dan cucu saya yang memiliki 'bau' yang sama. Itu bikin saya tersenyum!


Hari-hari ini saya harus banyak tersenyum menolong jiwa saya sendiri, karena ujian tengah semester dihadapi cucu laki-laki saya pertama, aduhaai beratnya. SD kelas 1, semester1, harus mengarang 1 paragraf dengan judul: Peristiwa penting.


Huaah, dulu waktu anda kelas 1, bukankah anda baru belajar: Ini Budi? Katanya, di TK tidak boleh diajarkan baca tulis! Jadi bagaimana kalau di SD semester 1 harus mengarang?? Belum IPS, matematika, Bahasa Inggris dan lain-lain.


Paman memetik 40 jeruk, diberikan tetangganya14 lalu memetik 30 lagi, berapa jeruk paman sekarang?
IPS: tempat beribadah umat Budha?
Apa bahasa Inggrisnya kompor? Kursi roda?


Bahasa Indonesianya saja belum lempeng! Apakah ayah ibu dulu belajar bahasa Inggris di kelas 1? Bayangkan kalau anak dipaksa ortunya masuk SD usia 5.5 - 6 tahun?


Kalau dia tidak bisa, di rumah akan kena marah. PeEr mesti selesai, abis itu Les!


Ah, saya dulu masuk SD usia 5 juga! Bela ortunya. Kasihan sekali ortu ini, mereka lupa dulu pelajarannya tak seberat sekarang! Pulang masih bisa main. Bukankah anak kita sudah tercerabut dari masa bermainnya terlalu cepat? Stress di usia sangat muda?


Engkaukah itu anakku? Buah hatiku?


Dulu, pulang sekolah masih bisa main masak-masakan, layang-layang, tangkap kecebong di got! Dari mulai berangkat sekolah sampai di rumah, berapa jam dalam situasi 'belajar'?


Apalagi kalau pengasuhannya disubkontrakkan ke tangan orang lain. Kesal dan gembira tidak tahu kemana diadukan. Anak dapat sisa-sisa waktu dan tenaga. Ortu mudah marah.


Begitulah, hari berganti minggu, bulan dan tahun, tidak terasa anak pra remaja. Waktu diganti dengan uang dan benda. Jiwanya hampa, pikiran tak terjaga. Tantangan dan bencananya tak tampak pada mata, tak terdengar telinga!


Kita silap, anak kita generasi gadget. Perangkat dan pulsanya kita belikan. Lari dari stress, 'hampa' dan peer pressure, anak berselancar di dunia maya tak bertepi. 3-7 jam sehari.


Sangat mungkin ia terpapar Pornografi. Ortu tidak sadar otak mulai terganggu. Yang ortu tahu, anaknya malas, susah bangun, tidak mau les, prestasi menurun, melawan, dan gadget di tangan melulu.


Bagian kontrol di otak depan belum sempurna berkembang. Seharusnya ortu pengontrolnya. Jarak terentang selama ini membuat ortu kehilangan.


Anak mana yang empuk disasar Narkoba dan Pornografi? Yang Boring, Lonely, Angry, Tired and Stress!


Engkaukah itu anakku? Engkaukah buah hatiku?


Selalu ada harapan.
Karena Dia Maha pengasih.
Otak bisa direkonstruksi!


Mari selesaikan urusan dengan diri sendiri, agar hati penuh kasih!


#SaveYourChildren

Rabu, 10 Desember 2014

Surat Cinta Guru Untuk Bapak Anis Baswedan


Bapak Anies Baswedan pendidikan nasioanal yg terhormat, saya fathoni seorang guru GTT di MAN Pacitan, dengan ini bermaksud menyampaikan harapan, opini dan ungkapan kegalauan sebagai guru. Surat ini adalah pelbagai macam kejadian yang menjadi kenyataan dalam hidup saya sebagai seorang guru pemula yang dihadapkan pada situasi yang menuntut kreatifitas sebagai guru.

Beberapa kejadian itu saya tulis dalam bentuk seperti ini agar kiranya dapat sampai kepada bapak Anies Baswedan yang terhormat, diantarannya adalah :

  1. Bapak menghentikan Kurikulum 2013 adalah sebuah kenyataan yang dulunya sudah saya pikir sebelumnya, adanya kelemahan dan kekurangan disana sini, dari keterlambatan distribusi buku, implementasi yang tergesa gesa dan sedikit dipaksakan, permasalahan anggaran, rumitnya penilaian deskripsi, belum siapnya mental guru dan siswa untuk berpikir kreatif dan dinamis serta banyak hal yang mungkin belum terkover dalam pemikiran saya.


Namun penghentian ini juga tidak terlepas dari masalah, bapak Anies Baswedan yang saya hormati, Kurikulum 2013 berbeda banyak hal dengan KTSP. Proses kembali ke KTSP ternyata tidak mudah bagi saya yang ditingkat SMA dan MA, Kurikulum 2013 sudah mulai membagi siswa dalam kelas kelas peminatan( jurusan ) dari kelas X, namun di KTSP belum ada Jurusan. Bagaimana siswa yang sudah satu semester menempuh pembelajaran pada masing masing jurusan kemudian kalau di kembalikan ke KTSP anak harus di kembalikan ke kelas umum non jurusan. Padahal dalam satu semester anak tidak diajarkan materi non jurusan seperti biologi, fisika dan kimia untuk jurusan IPS dan sebaliknya untuk anak dipeminatan IPA tidak mendapatkan pembelajaran rumpun IPS.

Sekolah kami kebetulan di bawah naungan kemenag yang baru genap satu semester menjalankan Kurikulum 2013, hari hari ini kami menunggu aturan  main dari atasan kami  apa yang harus dilakukan, persiapan Laporan Hasil Belajar anak semester ini di susun berdasar Kurikulum 2013 atau KTSP. Karena meski rapor KTSP sudah ada, namun karena struktur kurikulumnya berbeda maka perlu payung hukum agar rapor siswa siswi kami tetap mempunyai kekuatan hukum dan legitimasi untuk tingkat selanjutnya.

Bapak Anies Baswedan pendidikan yang terhormat, keputusan menghentikan Kurikulum 2013 dari dasar rekom dari tim anda adalah tindakan yang menurut saya adalah tindakan yang tergesa gesa, kalau saya bandingkan anda lebih tergesa gesa dari penerapan Kurikulum 2013 yang persiapannya sudah lebih dari satu tahun. Berapa bulan bapak menyiapkan keputusan untuk menghentikan Kurikulum 2013 ini? Kalau bapak menilai keputusan penghentian ini adalah kondisi krusial dan genting untuk dilakukan, kiranya anda tidak beda dari menteri periode sebelumnya yang tergesa gesa untuk menerapkan Kurikulum 2013 karena alasan yang krusial juga. Namun yang saya heran, tim yang merekomendasikan untuk menghentikan Kurikulum 2013 banyak juga yang menjadi perumus Kurikulum 2013, mereka para pakar dan ahli  memang sangat pandai dalam meramu sikap dan pribadinya sesuai dengan kondisi lingkungan, mereka sangat pintar dalam mengadaptasi lingkungannya sehingga bapak akan sulit untuk mencari watak yang sebenarnya.

Sebagai penutup point satu ini, kiranya saya diperbolehkan menyampaikan urun rembug dalam masalah bangsa ini :

  1. Penghentian Kurikulum 2013 mohon segera diikuti aturan yang jelas yang akan menjadi solusi cerdas dari beberapa masalah di atas.

  2. Banyak yang bagus dari Kurikulum 2013 yang sudah kami rasakan, mohon kiranya di tambahkan dalam KTSP 2015(penyesuaian dari Kurikulum 2013 )

  3. Mewadahi semua insan pendidikan diseluruh Indonesia itu tidak mudah, Indonesia ini sangat luas dan sangat beragam, tingkat serapan kurikulum dari menteri sampai di sekolah sangat sulit, kurikulum berganti berkali kali hanya berganti administrasi saja, model pembelajaran di sekolah tetap saja konvensional dan kolot. KTSP yang katanya identik dan spesifik ternyata lebih banyak saling copypaste dari seluruh nusantara. Sehingga sebenarnya sedikit  dan bahkan tidak ada yang murni dari ciri kas masing masing satuan pendidikan.

  4. Keberhasilan dalam mendidik anak tidak hanya ditentukan dari bagusnya sebuah kurikulum, kalau bapak Anies Baswedan bersedia mencoba mencari rekam jejak alumni pesantren modern Gontor,  dengan kurikulum dan sistem pendidikan yang mereka lakukan, ternyata menghasilkan insan-insan yang luar biasa. Gontor itu di Ponorogo, tidak diluar negeri, kalau itu baik tidak usah malu untuk menyerap sistem pendidikan yang ada di Gontor atau beberapa pondok modern yang maju secara akademis. Memang dalam beberapa hal ada yang tidak relevan, namun itukan bisa di carikan solusinya. Dari pada mencari referensi luar negeri yang notabene berbeda secara kultural maupun idiologi.

  5. Siswa belajar disekolah hanya sebagian dari waktu yang dimiliki. Selebihnya semua dikembalikan ke orang tua dan lingkungan bagaimana melanjutkan proses pendidikan. Bapak yang merintis Indonesia mengajar, permasalahan pendidikan sebegitu kompleksnya. Kesenjangan antara daerah kota dan pinggiran sangat nyata. Rendahnya peran serta orang tua dalam proses pendidikan, prasarana yang sangat kurang, SDM guru yang belum proporsional, situasi sosial juga tidak kondusif untuk kompetisi akademis. Siswa di daerah pinggiran tidak pernah takut kalau “ tidak lulus”, karena tidak lulus itu adalah suatu yang luar biasa. Mereka tidak takut juga dengan sangsi apabila melanggar tata tertib, mereka tidak takut masa depannya suram kalau dia tidak sekolah. Itulah bahasa yang kasar untuk mereka, bahasa halusnya mereka tidak bersinergi dengan sekolah dan pemerintah dalam pendidikan. Kembali lagi, semua itu karena beragamnya dan jauhnya kesenjangan  kemampuan siswa antar daerah di Indonesia, ada di sebagaian daerah yang siswa smp itu belum lancar membaca, belum lancar berhitung dan masih sempit pengetahuaannya.


Sulit sekali memotivasi mereka untuk belajar, karena banyak diantara mereka tidak melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. Terkadang juga orang tua bahkan jadi penghalang mereka ke sekolah, anak di minta untuk membantu pekerjaan orang tua dan mencari nafkah keluarga meski mereka belum waktunya. Kenyataan seperti inilah yang akan kita jumpai di daerah pinggiran. Belum lagi sarana tranportasi yang sangat sulit di daerah, mereka harus jalan kaki berjam-jam untuk sampai di sekolah, secara fisik mereka sudah lelah untuk sampai di sekolah, bagaimana mereka akan bisa fokus dalam pembelajaran. Para pejalan pejalan tangguh ini tidak hanya ada di “ Negeri Atas Awan “ Papua, tapi di daerah saya di pulau jawa tepatnya di Pacitan masih banyak di jumpai.

  1. Pada point ini saya sampaikan permasalah menurut saya juga menjadi penyebab mundurnya kualitas pendidikan di Indonesia, yaitu ketika siswa harus selalu naik kelas. Dalam kurikulum yang dulu anak tidak naik kelas ada dan bisa, tapi di KTSP anak harus naik kelas apapun yang terjadi, walaupun memang aturan tidak begitu namun menjumpai anak yang tidak naik kelas sangatlah jarang. Sistem nilai KKM menjadi penyebab utamanya, di mana guru harus memberikan nilai tuntas ke anak, kalau tidak maka guru harus berulang-ulang bekerja ( remidial ). Dan banyak guru yang malas melakukan remidial tersebut. Selain itu sistem peringkat menjadikan semua pihak merasa harus saling berupaya, maksud saya peringkat adalah seperti ini: diantara sekolah dalam satu kabupaten ada semacam kompetisi kurang sehat agar siswanya dapat nilai yang baik, begitu juga antar kabupaten dalam satu propinsi sampai akhirnya sampai pada level antar propinsi saling berlomba untuk bisa nomor 1 ataupun tidak pada nomor terakhir, karena ini hubungannya adalah kinerja masing-masing kepala dinas propinsi sampai kepala sekolah. Bahkan ketika sampai tingkatan paling parah adalah ketika satu negara berupaya untuk memperlihatkan prestasi negaranya dengan cara yang tidak benar. Para pemimpin memang tidak memerintah untuk berbuat curang akan tetapi seperti membiarkan kecurangan kecurangan itu berlangsung.

  2. Hal yang berikutnya adalah kembali pada tingkat kemampuan antar daerah yang sangat kentara kesenjangannya, Soal UNAS yang sering di lihat mudah oleh para ahli pendidikan ataupun siswa siswa di kota ternyata sangat sulit bagi anak daerah pinggiran. Sememangnya soal ujian sudah diteliti dan di kembangkan memenuhi standar nasional, jadi setiap anak selayaknya memang harus melampaui kriteria yang di minta, tapi kalau saja di paksakan jujur sejujur-jujurnya sangatlah sulit untuk meluluskan anak dipinggiran, beberapa hari yang lalu saya membaca dimedia pernyataan dari BSNP bahwa kita harus meninggalkan image LULUS 100%, betapa ungkapan itu enak dan memang seharusnya. Kenyataannya sangat menyakitkan di daerah pinggiran, akan ada banyak sekali siswa yang Drop Out tidak sekolah karena mereka mau sekolah sudah alhamdulillah apabila mereka tidak lulus maka mereka tidak mungkin untuk mengulang lagi. Belum lagi bagi sekolah, ketika tidak meluluskan siswanya maka tunggulah kenyataan pahit pada PSB berikutnya, tidak akan ada yang daftar disekolah tersebut.

  3. Bapak Anies Baswedan yang terhormat, Inilah point terakhir penutup . Negara demokratis bukan negara yang sebebas bebasnya berpendapat dan berkreasi. Kalau bapak Anies Baswedan aktif mencari aspirasi dari MedSos tentunya bapak pernah membaca ungkapan ini “ artis dibayar mahal untuk merusak moral bangsa akan tetapi guru di bayar sedikit untuk membangun ahlak bangsa”. Kenyataan inilah yang bagi kami sangat membebani, media begitu gencarnya menerjang sendi sendi moral bangsa dan menghancur luluhkan bak sampah yang berserakan, dari pagi sampai malam kita sangat mencari tontonan yang tidak mendidik bagi semuanya. Sehingga saran yang punya TV bahwa mereka membuat acara tidak memaksa siapapun untuk nonton, kalau tidak suka silahkan ganti chanelnya. Betapa hebatnya mereka, karena sebagian besar anak Indonesia sudah sangat terjerat oleh daya tariknya. Pada akhirnya Kalau bapak menteri tidak meregulasi acara TV dengan acara yang lebih mendidik, janganlah semua menyalahkan guru atau kurikulumnya jika mental bangsa ini semakin bejat dan korup. Guru hanya bersama siswanya sekian waktu, selebihnya semua kembali ke lingkungan dan keluarga.


Sebagai ungkapan penutup, bapak Anies Baswedan yang terhormat, semua yang saya sampaikan ini memang tidak terjadi pada semua siswa dan insan pendidikan di Indonesia, inilah gambaran dunia pendidikan yang membayangi kehidupanku sebagai guru, saya masih sangat optimis untuk mendidik generasi bangsa. Saya siap berjuang untuk meninggikan derajat bangsa dengan segala upaya, dengan berbagai tantangan dari manapun. Saya sangat berharap surat yang saya tulis ini sampai dan terbaca oleh bapak Anies Baswedan, sekiranya bisa saya memohon kepada pembaca atau admin kompasiana  ada yang bisa menjadi penyampai untuk bisanya bapak Anies Baswedan membaca, saya ucapkan banyak terima kasih. Sekiranya dalam tulisan saya banyak kekurangan dan sulit dipahami kiranya di maafkan, Majulah Pendidikan Indonesia !

Disalin ulang dari tulisan Fathoni, seorang Guru & Kompasianer

Kamis, 01 Mei 2014

Masih Ada SD Yang Menerapkan Tes Masuk Calistung? Laporkan, Sanksi Menanti

Setelah Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mohammad Nuh melarang sekolah melakukan tes membaca, menulis dan berhitung untuk siswa yang akan masuk sekolah dasar beberapa waktu lalu, larangan serupa ditegaskan lagi oleh Inspektur Jenderal Kemendikbud Haryono Umar.

"Saya perintahkan kepada kepala dinas pendidikan untuk melarang pihak sekolah dasar melakukan tes membaca, menulis, dan berhitung atau calistung saat masuk SD," kata Mendikbud beberapa waktu lalu.

Bahkan Irjen Haryono Umar mengajak masyarakat untuk melapor ke dinas pendidikan setempat, jika masih menemukan praktik tes tersebut.

Selasa, 29 April 2014

Ingat, Membentak & Memukul Hanya Melahirkan Anak Yang Bodoh

image



Cara mendidik anak dengan pukulan dan teriakan bisa menjadi salah satu penyebab anak menjadi bodoh. “Otak yang seharusnya dipakai untuk berpikir, hanya dipakai untuk mempertahankan hidup akibat pukulan dan teriakan,” kata Psikolog Ery Soekresno dalam seminar “Mendidik Anak Tanpa Pukulan dan Teriakan”.

Ery menyatakan, mendidik anak dengan cara pukulan dan teriakan memang bisa mempercepat anak untuk mengerti melakukan sesuatu tindakan, namun hal itu bukan suatu penyadaran terhadap anak, karena ada unsur keterpaksaan. Sebab, menegakkan disiplin dan aturan adalah melatih anak untuk dapat mengendalikan dorongan dari dalam dirinya sehingga tercapai tujuan yang mulia.

Sabtu, 26 April 2014

Surat Terbuka Seorang Pelajar kepada Menteri Pendidikan Nasional

image



Pertama, tentang kesamarataan bobot pertanyaan-pertanyaan UNAS, yang tahun ini Alhamdulillah ada dua puluh paket.

Bapak Menteri Pendidikan yang terhormat... pernah tidak terpikir oleh Bapak bagaimana caranya seorang guru Bahasa Indonesia bisa membuat 20 soal yang berbeda, dengan tingkat kesulitan yang sama, untuk satu SKL saja? Pernah tidak terpikir oleh Bapak bagaimana caranya seorang guru Biologi membuat 20 soal yang berbeda, dengan taraf kesulitan yang sama, hanya untuk satu indikator 'menjelaskan fungsi organel sel pada tumbuhan dan hewan'?

Menurut otak sempit saya, sejujurnya, itu mustahil. Mau tidak mau akan ada satu tipe soal yang memuat pertanyaan dengan bobot lebih susah dari tipe lain. Hal ini jelas tidak adil untuk siswa yang kebetulan apes, kebetulan mendapatkan tipe dengan soal susah sedemikian itu. Sebab orang tidak akan pernah peduli apakah soal yang saya terima lebih susah dari si A atau tidak. Manusia itu makhluk yang seringkali terpaku pada niai akhir, Pak. Orang tidak akan pernah bertanya, 'tipe soalmu ada berapa nomor yang susah?' melainkan akan langsung bertanya, 'nilai UNASmu berapa?'.

Selasa, 24 Agustus 2010

Melatih 7 Kecerdasan Mejemuk untuk Anak Kita

Kita sebagai orang tua terkadang semakin sulit untuk mengatahui bagaimana mempersiapkan anak menyongsong masa depan mereka, Terkadang itupun yg membuat kita menjadi khawatir terhadap anak-anak. Apakah mereka tetap dapat eksis nantinya ketika kita sudah tua dan tidak dapat mendampingi mereka seperti halnya saat ini (masih kecil - kecil).

Masa depan di gambarkan sebagai sesuatu yg kabur, kualitatif dan tidak sistematik. Masa depan anak2 kita masih sangat abstrak sekali sehingga kita sendiri tidak bisa menggambarkan seperti apa masa depan anak-anak itu. Padahal setiap orang tua atau bahkan manusia secara keseluruhan menuntut masa depan itu dengan pasti, jelas dan bagus.

Rabu, 19 Mei 2010

Mekanisme Pendaftaran & Ujian SNMPTN USU 2010

SNMPTN USU 2010





[caption id="attachment_237" align="aligncenter" width="300" caption="Alur Pendaftaran SNMPTN USU 2010"]Alur Pendaftaran SNMPTN USU 2010[/caption]




1. Persyaratan

  1. Seleksi


1.    Lulus Ujian Satuan Pendidikan dan Ujian Nasional SMA/MA/SMK/MAK atau yang setara tahun 2008, 2009 dan 2010.
2.    Sehat
3.    Tidak buta warna bagi program studi tertentu.

Selasa, 18 Mei 2010

SNMPTN Unimed Secara Online Dibuka

[caption id="" align="aligncenter" width="450" caption="Kerjakan sesuatu dengan ikhlas dan benar"][/caption]

Proses seleksi SNMPTN untuk Universitas Negeri Medan(UNIMED)  untuk tahun pelajaran 2010-2011 dengan mekanisme online telah dibuka. Ini adalah pertama kalinya UNIMED membuka mekanisme seleksi calon mahasiswanya secara online, dengan maksud untuk mengajarkan setiap calon mahasiswa untuk melek teknologi informasi khususnya internet.