Tampilkan postingan dengan label gaza. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label gaza. Tampilkan semua postingan

Senin, 07 Juni 2010

Warga Israel Demo Menentang Kekejian Pasukannya

[caption id="" align="alignleft" width="360" caption="Uri Avnery"]Uri Avnery[/caption]

Benjamin Netanyahu disebut berbohong ketika berkata blokade Gaza dilakukan untuk mencegah masuknya senjata ke Gaza. Hal itu diucapkan seorang aktivis perdamaian, jurnalis serta mantan anggota Knesset atau parlemen Israel, Ury Avnery kepada reporter Haaretz.

Ury merupakan salah seorang aktivis politis paling menonjol diidentifikasi dengan kamp perdamaian Israel. Pria berusia 86 tahun itu tidak melewatkan aksi demonstrasi haluan kiri di Tel Aviv pada Sabtu malam (5/6), yang memrotes pemerintah Israel dalam menangani insiden armada kapal bantuan Gaza pekan lalu.

"Benjamin Netanyahu mengatakan, pengepungan terhadap Gaza dilakukan untuk mencegah masuknya senjata. Itu adalah bohong. Dia mencoba mencegah masuknya mie, buah, mainan anak-anak serta kertas untuk buku," tegasnya.

Dia menambahkan, kerusakan yang disebabkan Israel pekan ini lebih besar dibandingkan yang disebabkan Operastion Cast Lead di Gaza tahun 2008-2009.

"Saya menerima pesan dari Yahudi liberal dari luar negeri dan mereka melihatnya sebagai bencana. Kita maju dengan mata buta dari orang-orang Sodom, terus maju dengan mata buta, meningkatkan kebencian terhadap Israel," tuturnya.

Mungkin sekarang, setelah insiden itu, orang-orang yang berseberangan dengan kami memahami adanya masalah serius. "Saya melihat demonstrasi hari ini, sangat mengejutkan. Kita berada didalam situasi yang memungkinkan sistem politik terpecah sangat luas," tuturnya.

Ketika ditanya oleh wartawan Haaretz, mengenai video yang dipublikasi oleh departemen pertahanan Israel atau Israel Defence Force (IDF)  dan media di Turki yang jelas memperlihatkan pasukan komnado Israel tengah diserang, dilemparkan dari kapal dan berdarah, Ury menyatakan hal itu hanya yang terlihat selama dua menit.

"Yang tidak Anda lihat adalah kejadian sesudah dan setelah. Jadi sangat mungkin kesannya orang Turki yang menyerang kapal Yahudi. Bayangkan jika orang-orang Yahudi dalam kesulitan, diserang di laut lepas dengan korban meninggal dan terluka, bayangkan saja keributan yang muncul. Tak hanya Turki yang melihat ini sebagai serangan Israel, tapi orang di seluruh dunia," ujarnya.

Ketika ditanya lagi mengenai isi dari kapal bantuan tersebut memang benar, Ury menjawab tidak meragukan hal tersebut.

"Niat dari pemerintah Israel adalah menciptakan krisis yang sangat buruk sehingga warga Gaza akan menggulingkan Hamas. Namun, empat tahun berlalu dan Hamas lebih kuat dari sebelumnya," tutur Ury.

"Jadi sebenarnya pengepungan Gaza untuk siapa? Bermanfaat bagi siapa? Jika saja pemerintah Israel tidak mengirimkan tentara yang malang itu ke kapal, seperti yang disarankan Sekretaris Kabinet, Zvi Hauser, hal ini bisa dicegah. Mereka dapat menghentikan kapal, memeriksa dan melepasnya. Tampaknya kita harus melindungi IDF dari Menteri Pertahanan, Ehud Barak dan Perdana Menteri, Benjamin Netanyahu," paparnya.

Jadi, apakah Netanyahu berbohong ketika menyebut armada tersebut sebagai armada kebencian? Ury menjawab, tak hanya Netanyahu tapi para menteri juga, termasuk beberapa orang berseragam seperti pemimpin staf dan pemegang komando para tentara.

Jika hal itu terjadi di negara yang dijalankan dengan benar, lanjut Ury, mungkin para pemimpin itu sudah mengundurkan diri malam itu juga. Operasi itu sendiri mencerminkan kurangnya kapasitas militer untuk operasi berunsur mengejutkan dan mengatasi bencana.

Turki Akan Tetap Perkarakan Teror Israel

Perdana Menteri Turki, Recep Tayyip Erdogan, Ahad berikrar untuk memaksa Israel bertanggungjawab atas tindakan "teror negara" di Timur Tengah pada saat ribuan pemrotes menentang serangan mematikan terhadap kapal bantuan kemanusiaan menuju Gaza.

Operasi militer Israel, yang menewaskan sembilan warga Turki itu, menyeret hubungan kedua negara yang suatu ketika bersekutu kuat ke dalam krisis yang dalam, dengan kecaman keras Erdogan terhadap negara Yahudi itu.

Gaza "adalah peristiwa bersejarah bagi kami," kata Erdogan dalam pidato di hadapan massa di kota baratlaut, Bursa, yang beberapa bagiannya disiarkan oleh saluran berita CNN Turki.

"Sasaran kami adalah mereka yang memaksa warga Gaza hidup dalam penjara di udara terbuka ... Kami akan tetap bertahan sampai blokade terhadap Gaza dicabut, pembantaian reda dan teror negara di Timur Tengah harus dipertanggungjawabkan," katanya menambahkan.

Israel telah menutup Gaza dari semua jurusan, kecuali bantuan kemanusiaan penting, itupun jarang untuk menekan penguasa wilayah itu - gerakan Palestina Hamas - dengan dalih untuk menghentikan serangan-serangan roket ke daerah selatan negara Yahudi itu.

Turki memanggil duta besarnya untuk Tel Aviv dan membatalkan latihan militer gabungannya setelah serangan pekan lalu, seraya menuntut permintaan maaf secara resmi dari Israel.

Israel akan absen dari kesertaannya pada latihan kekuatan udara internasional yang menurut militer Turki Ahad, akan digelar di Turki tengah, 7-18 Juni yang diikuti pesawat-pesawat dari Amerika Serikat, Uni Emirat Arab, Italia, Spanyol dan NATO.

Ankara juga menyerukan dilakukan penyelidikan independen internasional terhadap serangan itu, yang menurut Erdogan, rencana tersebut dibahas dengan Sekjen Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) Ban Ki-moon dalam percakapan melalui telpon Sabtu.

Presiden Prancis Nicolas Sarkozy Ahad juga menandaskan perlunya suatu penyelidikan netral dan layak dipercaya atas serangan Israel terhadap misi bantuan kemanusiaan itu.

Dia mengatakan melalui telpon dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan memintanya menerima investigasi seperti itu, di mana Prancis bersedia ikut ambil bagian.

Namun duta besar Israel untuk Washington, Michael Oren, mengatakan kepada program "Fox News Sunday" bahwa negaranya "bisa dan berhak untuk melakukan investigasi sendiri", tanpa partisipasi penyelidikan internasional lain.

Di Ankara, sekitar 6.000 sampai 7.000 orang berkumpul di bawah guyuran hujan, meneriakkan "Israel Terkutuk! Israel Pembunuh, minggat dari Timur Tengah!", kata seorang fotografer AFP.

Beberapa pemrotes membakar gambar Netanyahu sedangkan pada poster yang lain dia digambarkan sebagai perompak dengan pengait di tangan, disertai tulisan "Armada Kemanusiaan Lawan Perompak."

Di Istanbul, sekitar 1.000 orang menyeru pemerintah mengusir para diplomat israel.

Di Marokko polisi mengatakan 35.000 orang, termasuk menteri-menteri pemerintah, mengadakan aksi protes di ibu kota rabat di mana mereka menginjak-injak bendera Israel.

Di Lebanon, ratusan anggota sayap kiri membakar bendera Israel pada demonstrasi dekat kedutaan AS, sedangkan sekitar 3.500 orang, banyak yang mengenakan ikat kepala Palestina, berunjukrasa di kota Prancis utara, Lille.

Andai Mereka Mau, Relawan Freedom Flotilla Bisa Saja Membunuh Pasukan Komando Israel

[caption id="attachment_495" align="alignleft" width="240" caption="Ken O'Keffee"][/caption]

Seorang relawan asal Amerika Serikat keturunan Irlandia mengatakan dia berada diantara ratusan relawan yang berada di kapal bantuan Freedom Flottila yang berusaha menembus blokade Gaza. Ken O'Keefe dipukuli secara brutal oleh pasukan komando Israel.

Pada hari Sabtu (5/6), Ken mengatakan, dia diserang secara brutal oleh tentara Israel di bandara sebelum diberangkatkan ke Turki.

Kini Ken harus dirawat akibat kekerasan fisik minimal tiga kali lipat lebih berat dibandingkan ketika ia turun dari kapal. Dia juga harus dirawat inap di rumah sakit setelah mengalami luka akibat pukulan tersebut.

Armada kapal bantuan, Gaza Freedom Flotilla diserang oleh pasukan Israel pada hari Senin (31/5), yang berusaha memberikan suplai bantuan lebih dari 10 ribu ton pada warga Gaza dibalik blokade.

Kemudian, serangan pasukan Israel itu mengakibatkan tewasnya sembilan relawan dan lebih dari 40 relawan terluka.

Pernyataan Ken O'Keefe dari Istanbul, sebagai berikut :

"...Ketika saya ditanya, pada insiden penyerangan tentara Israel di kapal Mavri Marmara, apakah saya akan menggunakan kamera atau mempertahankan kapal?

Saya secara antusias berkomitmen untuk mempertahankan kapal. Meskipun saya termasuk orang yang tidak suka kekerasan, kenyataannya saya percaya cara tanpa kekerasan harus jadi pilihan pertama.

Meski demikian, saya bergabung dengan usaha pertahanan Mavri Marmarra karena memahami kekerasan bisa saja dilakukan terhadap kami dan kemungkinan kami juga terpaksa untuk menggunakan kekerasan dalam bela diri.

Saya mengatakan hal itu langsung kepara agen Israel, mungkin yang bernama Mossad atau Shin Bet dan saya katakan lagi sekarang, pada serangan yang dilakukan pagi hari itu, saya secara langsung terlibat dengan usaha pelucutan senjata dari dua pasukan komando Israel.

Hal itu merupkan usaha pelucutan senjata pemaksaan, tanpa negosiasi dari pasukan komando yang sudah membunuh dua orang saudara relawan yang saya lihat hari itu. Satu relawan dengan ditembak dengan peluru bersarang di dainya yang tampak jelas sebagai eksekusi.

Saya tahu pasukan komando berusaha membunuh ketika saya berhasil merebut pistol ukuran 9mm dari salah satu anggotanya. Saya memegang senjata itu ditangan saya dan sebagai mantan angkatan laut AS dengan pelatihan senjata yang cukup, saya sangat mampu menggunakan senjata tersebut ke arah pasukan komando yang mungkin telah membunuh salah satu relawan.

Namun, bukan itu yang saya lakukan atau relawan lain yang berusaha mempertahankan kapal.


Saya mengambil senjata itu, mengeluarkan peluru yang merupakan peluru tajam asli, kemudian memisahkannya dari senjata dan menyembunyikan senjata itu.

Saya melakukan hal itu dengan harapan kami dapat mengatasi serangan tersebut dan mengajukan senjata itu sebagai bukti dari percobaan kriminal terhadap pihak berwenang di Israel untuk pembunuhan massal.

Saya juga membantu secara fisik memisahkan satu anggota komando dari serangan senapan, ketika relawan lain dilemparkan ke laut. Saya dan ratusan relawan lain mengetahui kenyataan yang memicu ejekan dari keberanian dan moral anggota militer Israel. Kami menguasai penuh, tiga orang pasukan komando tanpa senjata dan tak berdaya. Mereka hidup karena belas kasihan kami, mereka sangat jauh dari jangkauan anggota komando lain yang berniat membunuh. Mereka didalam kapal dan dikelilingi oleh sekitar 100 relawan atau lebih.


Saya melihat ke arah mata tiga pria tersebut dan saya yakin mereka memiliki rasa takut terhadap Tuhan didalam diri mereka. Mereka juga memandang ke arah kami dan berharap kami memahami jika sedang berada di posisi mereka, saya tidak ragu, mereka tidak percaya akan ada jalan mereka bisa selamat hari itu. Mereka tampak seperti anak kecil yang ketakutan di hadapan ayah yang kejam.

Namun, mereka tidak menghadapi musuh yang tak berperasaan hari itu. Bahkan, relawan wanita menyediakan pertolongan pertama dan kemudian mereka dibebaskan dengan memar tapi hidup. Mereka dapat hidup di hari esok. Dapat merasakan matahari di atas kepala dan memeluk orang tercinta. Tak seperti para relawan yang dibunuh. Meskipun kami berduka atas kehilangan saudara-saudara yang meninggal, merasa marah terhadap para tentara itu, namun kami melepas mereka..."

Militer Israel Akui Kebohongan Alasan Penyerangan Mavi Marmara

Barangkali benar pomeo yang menyebut kebohongan pada akhirnya akan membuka kedoknya sendiri. Dan akhirnya, Israel mengakui bahwa rekaman penyerangan terhadap kapal Mavi Marmara yang kemudian disiarkan di berbagai media di Barat telah melalui proses editing dan tidak menggambarkan kejadian seraca runtut. Mereka juga tak bisa membuktikan kapal yang mana seruan anti-Semit dan anti-Amerika -- yang dibantah oleh aktivis pro-Palestina yang mencoba menerjang blokade Gaza -- dan tidak dapat mengidentifikasi asal dari siaran itu.

Militer Israel merilis sebuah rekaman 26 detik pada Jumat malam di mana panggilan peringatan untuk kapal dalam armada itu disahut dengan jawaban, "Diam, kembali ke Auschwitz." Sebelumnya, ada laporan lain suara yang konvoi yang memiliki izin dari pejabat Palestina untuk berlabuh di dermaga di Gaza itu, suara ketiga menjawab, "Kami akan membantu orang-orang Arab melawan  AS. Jangan lupa tragedi 9/11, kawan."

Rekaman itu sebelumnya telah menuai protes aktivis pro-Palestina. Mereka mengajak untuk membuktikan kesahihan rekaman secara teknologi.

Akhirnya, Ahad malam, Pasukan Pertahanan Israel melaporkan kelompok itu telah salah mengidentifikasi satu dari enam kapal sebagai sumber siaran. "Jadi, untuk memperjelas: audio itu diedit bawah untuk memotong periode keheningan melalui radio serta agar komentar dimengerti sehingga memudahkan orang untuk mendengarkan," kata militer Israel dalam sebuah pernyataan yang diposting di situs resmi mereka. Mereka berkilah, "Karena sebuah saluran terbuka, maka dari kapal Freedom Flotilla yang mana tak bisa diidentifikasi pasti."

Komando Israel mencegat konvoi bantuan kemanusiaan Gaza di perairan internasional pada tanggal 31 Mei dan menyerbu kapal terbesar, Mavi Marmara. Kejadian ini menewaskan sedikitnya sembilan orang di atas kapal. Kapal-kapal itu membawa bantuan kemanusiaan ke Gaza, wilayah Palestina yang telah diblokade oleh Israel sejak diambil alih oleh gerakan Islam Hamas pada tahun 2007. Serangan mematikan itu memicu kecaman internasional.

Jur bicara organisasi nirlaba Free Gaza mengatakan Israel melalui rekaman itu, "Berusaha untuk menggambarkan bahwa penumpang armada sebagai anti-Semit." Kelompok itu membantah kapal tersebut adalah sumber siaran dan mengatakan baik tuduhan Israel maupun penjelasan setelahnya sebagai "tidak lebih masuk akal dengan penjelasan itu."

Menurut mereka, semua transmisi radio di laut didengar oleh semua nahkoda kapal apapun yang ada di sekitarnya. "Sekali lagi, Israel terperangkap dalam dusta dan mencoba untuk membela diri atas pembunuhan dan penganiayaan yang dilakukan pagi hari tanggal 31 Mei 2010."

Pada rekaman penuh, kapal perang Israel memperingatkan untuk tidak mendekati zona blokade dan memperingatkan bahwa "semua tindakan yang diperlukan" akan diambil untuk mencegah mereka mencapai Gaza. Setelah tiga peringatan, Gratis Gaza aktivis Huwaida Arraf menjawab bahwa blokade itu merupakan pelanggaran hukum internasional dan bahwa konvoi itu hanya membawa bantuan kemanusiaan.

"Kami tidak membawa apa-apa yang merupakan ancaman bagi angkatan bersenjata Anda," katanya di rekaman. Itu saja.  Jadi, seruan anti-Semit dan sebagainya, hanya "tambahan" Israel untuk mendiskridit mereka.

Sumber: RepublikaOnline

Sabtu, 05 Juni 2010

Brigade Izzudin Al Qassam, Sejarah dan Profilnya

"Brigade Izzudin Al Qassam" adalah cabang bersenjata Gerakan Perlawanan Islam (Hamas). Bahasa, dalam bahasa Arab "Iz" berarti dukungan, kepatuhan, atau kebanggaan, dan "Din" berarti agama. Al-Qassam dapat diterjemahkan ke sebagai pembagi. Secara historis, Izzudin Al Qassam adalah nama pelopor seorang mujahid yang mati syahid pada tahun 1935 di dekat Jenin. Al-Qassam dilahirkan di Suriah dan diusir ke Palestina untuk melawan pendudukan Perancis di Suriah dan Lebanon. Di Palestina, ia melanjutkan perjuangannya melawan pendudukan Inggris yang telah berjanji untuk membuat negara untuk orang Yahudi sebuah tanah air dengan mengorbankan penduduk.

Latar Belakang:

Pada tahun 1984 Syekh Ahmad Yassin, Dr Ibrahim Al-Maqadema, Sheikh Salah Shehada dan ikhwah lain mulai mempersiapkan pembentukan organisasi bersenjata untuk melawan pendudukan. Berkonsentrasi pada usaha mereka mendapatkan senjata untuk aktivitas perlawanan di masa depan. Namun, anggota kelompok itu ditangkap dan senjata disita. Pada saat itu, kelompok ini tidak beroperasi atas nama Hamas atau Al-Qassam Brigade.

Pada tahun 1986 Sheikh Salah Shehada membentuk jaringan sel-sel perlawanan yang disebut "Al Mujahidin Al Filistin" (para pejuang Palestina). Jaringan ditargetkan pendudukan tentara Zionis dan pengkhianat. Jaringan ini terus bekerja sampai 1989; dan operasi mereka yang paling terkenal adalah penculikan dua tentara pendudukan: Ilan Sadoon dan Avi Sasbortas. Selain itu, Hamas (resmi didirikan pada tanggal 14 Desember 1987) dibentuk jaringan serupa lainnya, seperti "Brigade Abdullah Azzam" dan "Majd," menjadi yang terakhir cabang keamanan terhadap pengkhianat.

Pada pertengahan 1991, Brigade Izzudin Al Qassam dikenal sebagai cabang bersenjata Hamas.

Misi:

Brigade Izzudin Al Qassam didirikan di tengah-tengah Intifadah Palestina (1987-1994) melawan pendudukan Zionis. Didirikan pada puncak pendudukan dan penindasan terhadap perlawanan bersenjata populer, EQB menganggap usahanya sebagai bagian dari gerakan perlawanan terhadap pendudukan Zionis di tanah Palestina, yang telah berlangsung sejak pendudukan Inggris. Dalam terang pemahaman ini, EQB bertujuan: "Untuk memberikan kontribusi dalam upaya membebaskan Palestina dan mengembalikan hak-hak rakyat Palestina di bawah ajaran Islam suci Al-Qur'an, Sunnah Nabi Muhammad SAW dan perihidup para penguasa Muslim dan ulama terkenal karena kesalehan dan dedikasi."

Untuk itu terjadi, Brigade Izzudin Al Qassam bekerja untuk:

· Menimbulkan semangat Jihad (perlawanan) di antara orang Palestina, Arab dan Muslim;

· Mempertahankan Palestina dan tanah mereka melawan pendudukan Zionis dan agresinya;

· Memerdekakan Palestina dan tanah dirampas oleh pasukan pendudukan dan pemukim Zionis.

Anggota dan organisasi:

Jumlah Brigade Izzudin Al Qassam anggota hanya diketahui pimpinan Brigade, yang mengadopsi prinsip kerahasiaan dalam organisasi dan rekrutmen.

Organisasi Brigade Izzudin Al Qassam adalah jaringan sel-sel khusus operasi di seluruh Jalur Gaza dan Tepi Barat. Sel-sel bekerja secara independen satu sama lain di bawah petunjuk dari kepemimpinan Brigade. Merekrut diwajibkan untuk memenuhi persyaratan kesalehan moral, integritas, dan keteguhan serta persyaratan fisik dan pendidikan untuk tugas yang akan diberikan kepada mereka.

Sejak Brigade Izzudin Al Qassam bergerak dalam jangka panjang, pertempuran tanpa henti melawan pendudukan tentara dan cabang keamanan, menghadapi berbagai tindakan tegas dan berkesinambungan dengan keamanan pekerjaan dan mesin militer. Ratusan anggota Brigade Izzudin Al Qassam telah terbunuh atau dipenjara. Selain itu, Otorita Palestina retak di atas Brigade from 1995-2000 dan menangkap ratusan anggota dan komandan.

Lebih dari delapan ratus anggota telah mati syahid sejak meletusnya Intifadah Al-Aqsa pada September 2000.

Hambatan & Prestasi:

Palestina menghadapi banyak kesulitan dan hambatan dalam perjuangan mereka menuju kebebasan.pendudukan Keamanan dan mesin militer adalah contoh utama terorisme yang disponsori negara terhadap rakyat Palestina. Untuk mencapai kebijakan ilegal mereka, pasukan pendudukan menggunakan konsep hukuman kilektif,  penyiksaan, blokade, pembunuhan, dan penggunaan kekuatan yang tidak terkendali.Selain itu, mereka menggunakan tekanan, intimidasi dan intimidasi sebagai taktik untuk merekrut dan membujuk para pengkhianat dari kalangan rakyat Palestina, sebagai mata-mata bagi mereka terhadap pejuang. Kendala lain adalah kebutuhan yang dibutuhkan untuk melakukan perlawanan dan melawan pendudukan serta membela rakyat dan negara.

Brigade Izzudin Al Qassam telah bekerja sangat keras selama beberapa tahun terakhir untuk counter teroris kebijakan pendudukan. Dan di banyak kasus, Brigade Izzudin Al Qassam mencatat kemenangan mengejutkan terhadap sasaran-sasaran militer yang sangat tertutup dan terlindungi.

Dihadapkan dengan mesin militer dan keamanan negara adikuasa regional, Brigade Izzudin Al Qassam mengandalkan dukungan Allah SWT selama perjuangan. Setelah itu, kekuatan Brigade berasal dari keyakinan yang kuat dalam menuntut keadilan bagi Palestina, dan keyakinan bahwa pengorbanan akan mengalahkan arogansi agresor.

Melalui tekad, dedikasi, dan kecerdasan dalam memanfaatkan kelemahan pendudukan, komando tentara pendudukan memutuskan untuk menarik diri dari dalam Jalur Gaza, dan untuk mempertahankan pendudukan melalui kontrol perbatasan dan wilayah udara dan batas maritim.

Demikianlah, Brigade Izzudin Al Qassam yakin bahwa selesainya pembebasan Gaza akan terpenuhi, dan bahwa pembebasan tanah Palestina akan terwujud.

Profil HAMAS

Hamas, akronim dari Harakat al-Muqawwamatul Islamiyyah (bahasa Arab: حركة المقاومة الاسلامية, secara  harfiah berarti "Gerakan Pertahanan Islam" dan kata Arab untuk 'ketekunan'), adalah sebuah gerakan dan partai politik Palestina berhaluan Islamis yang dibentuk pada tahun 1987 untuk melakukan perlawanan terhadap pendudukan Israel di Palestina. Pada tahun 2006, partai ini memenangkan pemilu parlemen Palestina. Sejak awal Februari 2007, kelompok ini terlibat konflik dengan kelompok Fatah akibat kekalahan kelompok Fatah di pemilu parlemen 2006.

Selain sebagai partai politik, Hamas juga merupakan lembaga sosial (firqah ijtima'iyyah).

Syekh Ahmad Yassin, salah satu pendiri Hamas, yang dibunuh Israel pada tanggal 22 Maret 2004, adalah seorang guru kelahiran 1 Januari 1929, yang mencatatkan organisasi Mujama al-Islami Hamas ini secara legal di Israel pada 1978. Ia berpijak ke Ikhwanul Muslimin yang didirikan Hasan al-Banna pada 1928 di Mesir. Pemerintah Israel kala itu justru menyokong Hamas, yang hanya berkutat di bidang sosial, moral, dan pendidikan. Tel Aviv juga memanfaatkan Hamas untuk menyaingi kepopuleran Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) yang dipimpin Yasser Arafat.

Matthew Levitt dalam bukunya, Hamas: Politics, Charity, and Terrorism in the Service of Jihad, menulis, Hamas yang akronim dari Harakat al-Muqawama al-Islamiya atau Gerakan Perlawanan Islam didirikan pada 14 Desember 1987. Organisasi ini merupakan pengembangan dari Ikhwanul Muslimun—yang berpusat di Mesir—cabang Palestina.

Berkembang sebagai organisasi karitas, Hamas diam-diam juga berkembang sebagai organisasi bersenjata. Hal ini baru terkuak di akhir 1987. Yassin, alumnus Universitas Al-Azhar, Mesir, meluncurkan Harakat Muqawama al-Islamiya — disingkat Hamas — yang berarti Gerakan Perlawanan Islam.

Tujuan pendirian Hamas dicantumkan di aktanya: "mengibarkan panji-panji Allah di setiap inci bumi Palestina". Dengan kata lain: melenyapkan bangsa Israel dari Palestina dan menggantinya dengan negara Islam. Hamas baru ini dibidani Yassin dan tujuh orang berpendidikan tinggi: Abdul Aziz al-Rantissi (dokter spesialis anak), Abdul Fatah Dukhan dan Muhammad Shamaa (keduanya guru), Isa Nashar dan Abu Marzuq (insinyur mesin), Syekh Salah Silada (dosen), dan Ibrahim al-Yazuri (farmakolog).

Hamas didirikan sebagai bentuk ketidakpuasan terhadap organisasi-organisasi perlawanan Palestina yang lebih dahulu dalam menghadapi Israel. Mereka dinilai lembek dan cenderung kompromistis. Fatah, misalnya, membuka dialog dengan Israel.

Peluncuran Hamas menemukan momentumnya dengan kebangkitan Intifadah I, yang bergolak di sepanjang Jalur Gaza. Anak-anak Palestina tak gentar melawan tentara Israel dengan batu-batu sekepalan tangan. Sejak itu, sayap-sayap militer Hamas beroperasi secara terbuka. Mereka meluncurkan sejumlah serangan balasan—termasuk bom bunuh diri—ke kubu Israel.

Pada Agustus 1993, Arafat duduk semeja dengan Perdana Menteri Israel Yitzhak Rabin. Hasilnya adalah Deklarasi Oslo. Rabin bersedia menarik pasukannya dari Tepi Barat dan Jalur Gaza serta memberi Arafat kesempatan menjalankan sebuah lembaga semiotonom yang bisa "memerintah" di kedua wilayah itu. Arafat "mengakui hak Negara Israel untuk eksis secara aman dan damai". Hamas tidak menyetujui perjanjian ini.

Pada Januari 2006, Hamas melangkah ke arena politik formal. Secara mengejutkan, mendulang kemenangan—meraih 76 dari 132 kursi dalam pemilihan anggota parlemen Palestina. Hamas mengalahkan Fatah, partai berkuasa sebelum pemilu saat itu. Kabinet yang didominasi orang Hamas terbentuk.

Turki Sebut Hamas Pejuang Kemerdekaan, bukan Organisasi Teroris

[caption id="attachment_471" align="alignright" width="420" caption="Pasukan Hamas"][/caption]

Perdana Menteri Turki, Jumat malam, memperpanas krisis yang sudah mendidih dengan Israel, setelah membela Hamas sebagai para pejuang perlawanan, saat warga Turki menguburkan rekan-rekannya yang meninggal akibat serangan maut Israel ke kapal pembantu bantuan ke Gaza.

Sambil meneriakkan slogan-slogan anti-Israeli dan mengibarkan bendera Palestina, ribuan orang menggelar demonstrasi di seluruh penjuru negeri usai salat Jumat dan pemakaman sembilan orang Turki yang meninggal setelah pasukan komando Israel menyerbu Freedom Flotilla Senin.

Perdana Menteri Recep Tayyip Erdogan mempertinggi ketegangan dengan menandaskan bahwa Hamas bukanlah organisasi teroris.

"Hamas adalah pejuang perlawanan yang berjuang mempertahankan tanah air mereka. Mereka telah memenangkan pemilu," kata Erdogan di Konya, yang kerap kali berhenti berbicara karena sorak sorai pendukunganya dari partai berbasis Islam.

"Saya telah mengatakan ini kepada para pejabat AS... Saya tidak menerima Hamas disebut organisasi teroris. Saya kira kini pun mereka bukan. Mereka mempertahankan tanah airnya," katanya dalam pidato televisi.

"Biarkan mereka menjalankan perjuangan demokratisnya," katanya.

Duta Besar Turki untuk  Washington, Namik Tan, menyuaakan kekecewaannya karena AS gagal mengutuk Israel.

"Kami menghargai intervensi AS," kata Tan kepada wartawan, merujuk upaya diplomatik AS, termasuk menekan Israel untuk memulangkan para aktivis Turki.

"Tapi tidak ada kata kutukan sekali pun," tambahnya seraya menandaskan "AS seharusnya pihak pertama yang mengutuk Israel."

Meski begitu dia menjamin bahwa Turki dan AD tetap bersahabat dan bersekutu.

Tapi secara implisit dia mengkritik AS karena mendukung investigasi Israel untuk penyerangan itu.

"Bisa tidak Anda bayangkan seorang kriminal menyelidiki kejahatannya sendiri?," tanyanya, seraya menilai kelompok independenlah yang pantas menyelidikinya.

Di Istanbul, sekitar 10.000 orang berdoa di Masjid Beyazit yang bersejarah, untuk seorang wartawan yang tewas akibat serangan Mavi Marmara lalu.

Di Talas, imam masjib menyebut pemuda 19 athun bernama Furkan Dogan, yang adalah korban termuda serangan Israel itu, sebagai martir.

Ankara sudah berulangkali mengatakan bahwa perdamaian di Timur Tengah tidak bisa dicapai jika Hamas dikecualikan dari proses itu.

Menyusul kemenangan Hamas dalam Pemilu 2006, Ankara membuat marah Israel karena bersedia meneria pemimpin Hamas supremo Khaled Meshaal.

Juga di hari Jumat, deputi PM Bulent Arinc mengatakan akan mengurangi kerjasama ekonomi dan pertahanan dengan Israel, namun mengesampingkan pemutusan hubungan diplomatik.

Jumat, 04 Juni 2010

Menit-Menit Akhir Menjelang Penyerangan Mavi Marmara

[caption id="" align="alignleft" width="360" caption="Situasi Genting Menjelang Penyerangan Mavi Marmara"][/caption]

Meskipun anggota dari berbagai delegasi di atas kapal-kapal armada perdamaian memastikan bahwa masa pemisah dan konfrontasi telah sangat dekat, namun pembicaraan yang terjadi difokuskan pada kemungkinan dimulainya api konfrontasi bersamaan dengan awal dini hari Senin. Kami telah menerima instruksi dari Komandan Misi Kemanusiaan, Boland Yildirim, dari atas kapal utama Mavi Marmara, akan pentingnya memastikan keselamatan kaum perempuan dan orang tua dengan menempatkan mereka di lokasi aman di atas kapal dan bersiap untuk segala kemungkinan, yang bisa jadi memerlukan pembelaan diri. Pembicaraan difokuskan pada bahaya yang akan terjadi pada jam-jam berikutnya.

Berlawanan dengan persepsi yang populer tentang kemungkinan pelaksanaan intervensi dari militer Israel menjelang tengah malam, kami menerima informasi kemungkinan Israel mempercepat intervensi militer sebelum kapal-kapal armada kemanusiaan tiba di perairan regional. Begitu selesai shalat isya’ di atas kapal, tepatnya pada pukul 20.45, kapten kapal Turki Mavi Marmara, kapal utama armada kebebasan, memberitahukan kepada kami telah menerima kontak tidak dikenal yang meminta memperkenalkan identitas kapal, dan benar kami dapat melihat sejumlah kapal perang di depan mata menuju ke arah armada kebebasan.

Kapten kapal Turki Mavi Marmara menjawab panggilan tersebut dengan mengungkapkan identitas kapal dan tujuan yang sudah ditetapkan untuk itu. Menit-menit seakan berjalan sangat lama. Semua merasa pentingnya situasi dan pada saat yang sama merasakan ancaman bahayanya. Konfrontasi menjadi tak terelakkan.

Tidak ada waktu di hadapan armada kemanusiaan ini kecuali hanya beberapa menit saja. Kami memastikan itu melalui aksi militer Zionis Israel yang menyabotase komunikasi kapal-kapal armada. Begitu menjawab panggilan pertama, sambungan komunikasi terputus dari pihak militer Israel.

Beberapa saat kemudian suara-suara di atas kapal armada kebebasan mulai menegang dan genting. Pembicaraan berkisar tentang tekad militer Israel melaksanakan aksinya di perairan regional internasional. Para pemimpin delegasi di atas kapal-kapal armada berbicara mengenai ancaman nyata.

Kapal Mavi Marmara yang memimpin paling depan mengenali gerakan yang tidak wajar. Para pembimbing di atas kapal meminta para penumpang, yang tidak lain adalah para aktivis solidaritas kemanusiaan yang berasal dari lebih 40 negara, untuk bersiap-siap dengan kesiagaan penuh menghadapi insiden apapun.

Kami menulis baris-baris kalimat ini, memastikan kami dapat melihat kapal-kapal militer Israel mengepung armada kebebasan dari dua sisi. Armada kebebasan menerima perintah untuk memutus semua cara komunikasi dengan anggota delegasi di atas kapal.

Kami mulai merasakan menurunnya kecepatan kapal dalam upaya cerdas awak kapal untuk mengulur lebih banyak waktu dalam menunggu munculnya sinar matahari dan mengatasi situasi di siang hari bolong, daripada menghadapinya di kegelapan malam, sebagaimana diinginkan militer Zionis Israel untuk melakukan itu.

Abdul Latif Balkaim, wartawan saksi pembantaian

Kamis, 03 Juni 2010

Aktifis Gaza Mendapat Kewarganegaraan Palestina

Presiden Palestina Mahmoud Abbas menghadiahi para aktivis Gaza yang ikut dalam misi Freedom Flotilla dengan kewarganegaraan Palestina.

Keputusan itu disampaikan Abbas ketika berbicara di Palestina Investment Conference di Bethlehem. Ia bahkan mengganti nama konferensinya menjadi Conference of Freedom untuk menghormati konvoi yang diserang Israel pada awal pekan itu.

"Kami takkan menerima situasi di mana proses perdamaian digunakan untuk menghindari kewajiban. Kami akan bertanya pada dunia, kapan penjajahan ini berakhir? Kapan pertumpatahan darah usai dan perdamaian terwujud?" kata Abbas, Kamis (3/6).

Ia menuding Israel melakukan tindakan terorisme, serta meminta Dewan Keamanan PBB untuk membuat perlindungan berskala internasional bagi rakyat Palestina. Serta bekerjasama mengakhiri blokade Jalur Gaza.

Di sisi lain, Abbas berharap insiden tersebut juga membuat faksi Fatah miliknya yang menguasai Tepi Barat akhirnya bersatu dengan faksi Hamas yang menguasai Jalur Gaza sejak pertengahan 2007. Hamas adalah alasan yang membuat Israel dan Mesir melakukan blokade.

"Jerusalem dikelilingi dinding isolasi. Gaza selalu tegang, Kota Hebron terpecah belah, Bethlehem terisolasi dan tanahnya dicuri," tutur Abbas. Ia sendiri kini juga mendapat tekanan internasional untuk segera mempersatukan negaranya.

Rabu, 02 Juni 2010

12 Pahlawan RI Kembali melalui Jordania

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam pernyatannya, Selasa (2/6), mengatakan kabar terbaru dari Kedutaan Besar (Kedubes) Indonesia untuk Yordania menginformasikan, saat ini terdapat empat bus yang mengangkut 128 relawan termasuk 12 relawan asal Indonesia di perbatasan Israel dan Yordania.

"Insya Allah kita akan segera bertemu dengan mereka. Kemudian, mereka akan kita tampung di hoten Sheraton dan segera dilakukan tindakan medis dan apapun yang bisa dilakukan hingga mereka selamat sampai di Indonesia," ujar Presiden.

Sebelumnya, Duta Besar Indonesia untuk Yordania, Zaenul Bahar terus berkomunikasi dengan pihak Kementrian Luar Negeri (Kemenlu) serta terus mencari akses untuk berkomunikasi dengan pihak Palestina untuk mencaritahu nasib relawan asal Indonesia.

Pada hari Senin (1/6), Dubes berhasil bertemu langsung dengan Presiden Palestina, Mahmoud Abbas dan memperoleh informasi bahwa seluruh WNI selamat.

"Kedubes dan pemerintah Yordania mengusahakan pembebasan para relawan. Tadi malam pihak Kedubes juga terus berkomunikasi dengan Kemenlu tentang pembebasan. Sangat aktif, saya bilang kalau perlu dibentuk Satgas dengan tugas pokok menyelamatkan WNI di Israel," tutur Presiden.

Selain itu, ada juga info mengenai dua orang relawan asal Indonesia yang terluka yang baru akan dibebaskan dalam konvoi terpisah pada, Kamis (3/6).   "Saya instruksikan untuk penyelamatan dan perawatan yang tepat," ujar Presiden.

Israel Brutal karena Syair 'Haibar... Haibar ya... Yahud'?

Israel mengklaim bahwa salah satu hal yang membuat mereka "gelap mata" menembaki armada Flotilla yang membawa bantuan kemanusiaan untuk Gaza adalah karena dari armada tersebut terdengar nyanyian "rasis."

Nyanyian rasis? Ya, yang menurut Israel berbunyi seperti, "Khaybar Khaybar Ya Yahuud, Jaisyu Muhammad Saufa Ya'uud!"

Itulah yang menurut Direktur Eksekutif AJC (American Jewish Committee) David Harris membuat Israel naik pitam. "Tragedi di laut lepas ini seharusnya bisa dihindari, dan kami menyesal akan matinya sebagian orang. Fakta armada Flotilla menolak untuk bekerja sama dengan Israel untuk membongkar muatan kemanusiaan mereka di Asdod membuktikan bahwa bentrokan ini persis seperti yang para pendukung Hamas dalam skala internasional telah rencanakan."

Menurut AJC, Israel, di bawah hukum internasional, memiliki hak untuk mencegat kapal, dan telah memperingatkan armada untuk tidak mencoba tanah di Gaza, yang dikendalikan sejak 2007 oleh teroris Hamas, kelompok yang secara terbuka berusaha menghancurkan Israel, dan merebut kekuasaan Gaza dalam kudeta kekerasan mengusir Otorita Palestina yang dipimpin oleh Mahmoud Abbas.

"Gerakan Free Gaza itu ironisnya yang ada hanya untuk memperkuat rezim Hamas. Armada ini tidak memberikan bantuan kemanusiaan, tapi untuk mendorong sebuah dimensi internasional dalam kampanye tanpa henti dari Hamas terhadap eksistensi Israel," tambah Harris.

Dalam rekaman televisi Al Jazeera, ketika memulai pelayaran para aktivis pro-Hamas memang tanpa henti menyanyikan kata-kata terkenal, "Khaybar Khaybar Ya Yahuud, Jaisyu Muhammad Saufa Ya'uud!" yang artinya "Khaibar, Khaibar, wahai Yahudi, tentara Muhammad akan kembali." yang tanpa diduga ternyata sangat menggentarkan Israel.

Konvoi Kapal Pembebasan Gaza Berlanjut

Aktivis pro-Palestina mengaku telah mengirim kapal lain untuk menantang blokade Israel atas Gaza, Selasa 1 Juni 2010. Greta Berlin, salah satu pemimpin Gerakan Pembebasan Gaza mengatakan, kapal kargo lain telah bertolak dari Italia menuju Gaza. Kapal kedua yang mengangkut sekitar tiga puluh penumpang diperkirakan akan bergabung.

Berlin mengatakan, dua kapal tersebut akan tiba di Gaza akhir pekan ini atau awal pekan depan. "Inisiatif ini tidak akan berhenti," kata Berlin di kamp organisasi di Siprus.

"Pada akhirnya kami kira Israel akan mendapat semacam akal sehat. Mereka akan menghentikan blokade atas Gaza, dan salah satu caranya, bagi kami, adalah dengan terus mengirimkan kapal ke sana," lanjut Berlin.

Serangan terhadap konvoi bantuan kemanusiaan Senin lalu menimbulkan kecaman terhadap Israel. Kemungkinan, tekanan pada Israel untuk mengakhiri blokade atas Gaza akan terus meningkat. Blokade tersebut menyebabkan 1,5 juta warga Palestina di Jalur Gaza terpuruk dalam kemiskinan.

Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa mengutuk tindakan yang menyebabkan korban tewas dan akan membentuk penyelidikan imparsial.

Aksi protes terjadi di sejumlah negara musli, termasuk Turki yang secara tak resmi mendukung armada dengan kapal induk Mavi Marmara tersebut.

Aksi untuk memprotes tindakan Israel juga terjadi di Indonesia dan Malaysia di mana seorang pria Palestina menyayat dirinya sendiri di luar kantor Kedutaan Besar Amerika Serikat (AS) di Kuala Lumpur.

Selasa, 01 Juni 2010

DK-PBB Didesak Beri Sanksi ke Israel

[caption id="" align="alignright" width="360" caption="Sidang Dewan Keamanan PBB"]Sidang Dewan Keamanan PBB[/caption]

Anggota Dewan Keamanan PBB mendesak Israel untuk mencabut blokade di Jalur Gaza. Desakan itu mengemuka dalam sidang darurat DK PBB yang digelar Senin (31/5) waktu setempat untuk membahas serangan Israel terhadap kapal relawan kemanusiaan untuk Gaza, Mavi Marmara.

Blokade itu dinilai telah terbukti kontraproduktif dan tidak dapat diterima. DK PBB pun didesak untuk menjatuhkan sanksi terhadap Israel yang telah bertindak brutal. Asisten Sekretaris-Jenderal, Oscar Fernandez-Taranco, mengatakan pertumpahan darah harusnya bisa dihindari jika seruan agar Israel mengakhiri blokade Gaza didengarkan.

Dalam sesi sidang darurat itu, Palestina dan bangsa Arab mendesak agar Israel mendapatkan hukuman dan penyelidikan independen atas insiden yang menewaskan setidaknya 16 rekawan internasional itu. Keinginan investigasi itu sejalan dengan mayoritas anggota badan PBB yang paling kuat itu.

Negara-negara anggota DK PBB menyuarakan aspirasi negara-negara lainnya yang tidak duduk dalam kursi Dewan Keamanan dan mengatakan sudah waktunya untuk Israel mengakhiri tiga tahun blokade. Blokade atas Gaza harus sepenuhnya dihapus.

Menteri Luar Negeri Turki, Ahmet Davutoglu, menyebut serangan Israel sebagai pembunuhan yang dilakukan oleh negara dan menuntut permintaan maaf Israel segera, penyelidikan yang mendesak, serta tindakan hukum internasional terhadap otoritas dan pelaku yang bertanggung jawab, dan mengakhiri blokade Gaza.

Setelah pertemuan terbuka selama 90 menit, dewan masuk ke konsultasi tertutup. Beberapa diplomat yang mengikuti rapat tertutup tersebut mengatakan anggota sidang menegosiasikan teks pernyataan yang diusulkan oleh dewan.

DK-PBB Respon Kekejaman Israel

Para Dewan Keamanan PBB akan bertemu pada Senin sore (selasa dini hari WIB) untuk sidang darurat guna membahas penyerbuan Israel terhadap sebuah armada bantuan ke Jalur Gaza. Menurut seorang diplomat mengatakan pada Reuters, pertemuan itu akan mulai dari 1:00, New York waktu tetapi mereka tidak memberikan rincian lebih lanjut.

PBB Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon menyerukan penyelidikan penuh atas insiden itu.
"Sangat penting bahwa ada penyelidikan penuh untuk menentukan dengan tepat bagaimana sampai terjadi pertumpahan darah. Israel harus segera memberikan penjelasan lengkap," katanya dalam konferensi pers di ibukota Uganda, Kampala.

Gedung Putih pada hari Senin mengatakan "sangat menyesal" dengan hilangnya nyawa dan korban cidera dalam bentrokan setelah pasukan Israel menyerbu sebuah konvoi aktivis internasional yang membawa bantuan ke Jalur Gaza. Sebanyak 19 orang dikabarkan meninggal dalam insiden itu.

Perdana Menteri Benjamin Netanyahu segera membatalkan perjalanan ke Washington, di mana dia telah diundang untuk bertemu dengan Presiden Barack Obama, setelah kejadian. Swedia memanggil Duta Besar Israel untuk menjelaskan keadaan kejadian. Dua warga negara Swedia berada di atas kapal yang diserang, sebelum kemudian disita.

Uni Eropa menuntut penyelidikan atas insiden ini. Jerman, salah satu sekutu paling setia Israel, menyatakan terkejut atas insiden itu dan mempertanyakan apakah tindakan oleh pasukan komando Israel proporsional. Dua anggota Bundestag majelis rendah parlemen termasuk di antara lima warga Jerman di atas kapal itu.

"Pemerintah Jerman terkejut oleh peristiwa di perairan internasional dengan Gaza," kata juru bicara pemerintah Ulrich Wilhelm konferensi pers reguler, menambahkan pemerintah sedang mencari klarifikasi lebih lanjut mengenai insiden itu.

"Selama ini pemerintah Jerman mendukung tanpa syarat hak Israel untuk membela diri," ujar Wilhelm. Namun dia menambahkan bahwa tindakan Israel harus menyesuaikan dengan apa yang dia sebut sebagai "prinsip dasar" proporsionalitas. Berlin akan menunggu rincian lebih lanjut sebelum menilai insiden itu, ia menambahkan.

Italia juga mengutuk pembunuhan warga sipil dalam penyerbuan Israel dari armada bantuan sebagai "sangat serius" dan meminta investigasi Uni Eropa untuk mengetahui fakta-fakta sebenarnya. "Saya menyesalkan pembunuhan warga sipil itu. Ini tentu saja merupakan tindakan serius," kata Menteri Luar Negeri Franco Frattini.

Dia juga mengatakan dia telah meminta Duta Besar Israel untuk klarifikasi dan berharap bahwa hal itu tidak akan berimbas pada upaya Israel dan Turki untuk bekerja sama dalam mencari perdamaian Timur Tengah.

Inggris mengatakan pada hari Senin bahwa pada kontak mendesak dengan pemerintah Israel untuk menetapkan fakta-fakta tentang intersepsi dari armada Gaza sementara itu "menyesalkan" hilangnya nyawa dalam insiden ini.

Armada Penembus Blokade Israel Dipersiapkan

Ketua pusat hak kembali Palestina di London, Majid Zer, mengungkapkan, pihaknya sedang mempersiapkan armada baru untuk menghapuskan blokade Gaza. Armada ini akan berangkat ke Gaza, kira-kira enam pekan dari sekarang, mengingat dukungan dunia internasional sangat besar terhadap Gaza dan dalam menentang kejahatan Zionis.

Pernyataan Zer ini diungkapkanya di tengah aksi rakyat secara besar-besaran bersama ribuan warga Palestina dan minoritas kaum muslimin di Inggris di depan kantor pemerintah Inggris di London, Senin (31/5). Para peserta aksi di depan kantor perdana menteri Inggris ini ingin menunjukan pada dunia bahwa apa yang dilakukan Zionis, tidak sebanding dengan apa yang mereka lakukan terhadap rakyat Palestina di Gaza.

Oleh karena itu, pihaknya akan mengirimkan kembali armada kapal terbaru menuju Gaza, dalam enam pekan ke depan. Gerakan rakyat damai untuk solidaritas Palestina akan terus berlanjut. "Kami terus membina hubungan dengan sejumlah pemerintahan di Eropa yang berkaitan dengan warganya yang ikut dalam armada tersebut," ujar dia seperti dilaporkan infopalestina. Ia mengatakan, dirinya adalah bagian dari himpunan dunia internasional yang menentang blokade.

Saat ini, para relawan yang berada di kapal Mavi Marmara dipaksa keluar oleh Israel. Menurut catatan twitter Sahabat Alaqsha, para relawan ini akan dideportasi.

Aneh, Perintah Tembak Komando Israel Tidak Jelas

Tentara Israel Menembak

Juru bicara militer Israel Jendral Avi Benayahu, Senin mengatakan ia tidak tahu siapa yang memerintahkan satu komando angkatan laut untuk menembak setelah mereka naik ke kapal-kapal tujuan Gaza dan menewaskan paling tidak 19 orang. "Saya tidak tahu siapa yang memberikan perintah untuk menembak, terlalu cepat untuk memmutuskan," katanya kepada radio militer.

"Tindakan-tindakan angkatan laut itu sesuai dengan perintah-perintah dan peraturan untuk melepaskan tembakan sangat jelas. Tentara telah diperingatkan jangan terprovokasi. Angkatan laut mengembangkan pola-pola untuk mempersiapkan operasi ini, tetapi kadang-kadang nyawa lebih rumit ketimbang pola-pola itu. Kami mempersiapkan satu misi polisi untuk menghadapi aksi kekerasan, tetapi kami dihadapkan satu aksi kekerasan teroris," kata Benayahu.

Pasukan angkatan laut menyerang enam kapal tujuan Jalur Gaza yang diblokade dengan membawa ribuan ton bantuan dan ratusan aktivis pro Palestina. Israel mengatakan pasukannya diserang sejumlah aktivis dan kedua pihak menggunakan peluru tajam. Paling tidak 19 penumpang tewas.

Eropa dan Dunia Kutuk Tindakan Keji Israel

Sekretaris Jenderal PBB, Ban Ki-Moon, mendesak digelarnya investigasi penuh terkait serangan Israel ke kapal bantuan kemanusiaan untuk warga Gaza. Ia mengaku sangat terkejut mendengar serangan tersebut di tengah-tengah kunjungannya ke Ibukota Uganda, Kampala.

''Sangat penting untuk diadakan investigasi penuh untuk menentukan bagaimana darah bisa tertumpah. Israel harus segera memberikan penjelasan lengkap mengenai ini,'' desak Ban. Dia sedang berada di kota tersebut untuk menghadiri seminar peninjauan ulang Pengadilan Kriminal Internasional (ICC).

Kecaman juga disampaikan pemerintah Italia yang juga mendesak Uni Eropa untuk mengunngkap fakta-fakta seputar penyerangan itu. ''Saya mengutuk sekeras-kerasnya pembunuhan warga sipil tersebut,'' tegas Menteri Luar Negeri Italia, Franco Frattini, Senin (31/5). Frattini menambahkan ia telah meminta duta besar Israel untuk memberikan penjelasan mengenai hal ini.

Pemerintah Prancis dan Jerman juga mengecam dan mengaku sangat kaget atas peristiwa yang terjadi di perairan internasional, sekitar 65 kilometer lepas pantai Gaza itu. Para dubes Uni Eropa akan segera menggelar pertemuan untuk membahas kejadian itu.

Tindakan Penyerangan Kapal Relawan adalah Perompakan

[caption id="attachment_374" align="alignright" width="300" caption="Kapal Pembawa Bantuan untuk Gaza"]Kapal Pembawa Bantuan untuk Gaza[/caption]

Serangan pasukan komando Israel terhadap konvoi kapal internasional, bisa dicap sebagai aksi perompak. Menurut para aktivis yang ada di dalam kapal yang membawa barang-barang bantuan untuk Gaza, konvoi itu masih berada di perairan internasional ketika diserang.

Kapal kemanusiaan itu mengangkut sekitar 700 orang aktivis dari banyak negara, termasuk sembilan orang dari Indonesia. Anne de Jong, adalah seorang aktivis Belanda yang ikut dalam misi ini. Masih belum jelas apakah Anne cidera sewaktu pasukan Israel menyerang.

Juru bicara organisasinya, Vivian Korsten, tidak mendengar kabar dari warga Belanda itu sejak serangan terjadi. Satu-satunya kabar baik adalah, Anne tidak berada di atas kapal Turki, di mana dikabarkan sejumlah orang tewas dalam serangan. Aktivis Belanda ini berada di salah satu dari enam kapal lainnya, yang saat ini sudah merapat ke pelabuhan Israel, Haifa.

"Kapal-kapal itu berada kira-kira 65 kilometer dari pelabuhan Gaza. Ini berarti mereka masih berada di perairan internasional. Dan apabila saya mengartikan hukum ini dengan baik, kedatangan pasukan komando Israel yang tanpa diundang ke kapal, bisa disamakan dengan tindakan merompak."

Sebelum serangan bersenjata itu dimulai Korsten masih berkomunikasi dengan aktivis Belanda, Anne de Jong. Ia berangkat Ahad lalu dari Siprus bersama kapal yang membawa barang bantuan ini ke Gaza. "Kita sama sekali tidak membawa satu pun barang yang bisa mengancam keamanan Israel. Setiap penumpang dan juga barang yang dibawa diperiksa oleh polisi pelabuhan setempat. Semua yang kami bawa adalah barang bantuan yang bisa membantu pembangunan kembali Gaza."

Anne de Jong sedang menjalankan program S3 di Institut Studi Oriental dan Afrika, SOAS, di London. Ia terutama aktif membantu aksi-aksi damai bersama Palestina dan Israel.  De Jong ikut serta dalam Gaza Freedom Flotilla karena ia berpendapat tugas-tugas akademis tidak hanya terbatas pada penulisan artikel atau buku. De Jong menekankan bahwa ia tidak akan pernah menggunakan kekerasan.

"Kita tidak akan menyerah begitu saja pada Israel, karena ini adalah misi dengan tujuan akhir Gaza. Kami tidak akan masuk ke perairan Israel. Apabila saya dibawa ke Israel secara paksa, maka saya akan menolaknya, tapi tanpa kekerasan."

Aktivis Indonesia
Redaksi Indonesia dari Radio Nederland Wereldomroep, mendengar kabar sembilan aktivis Indonesia juga berada di kapal itu. Mereka anggota organisasi bantuan internasional Mer-C dan Kispa. Sama seperti aktivis lainnya, belum terdengar kabar dari mereka.

Tentara Israel menyerang enam kapal aktivis pro-Palestina hari Senin pagi. Dalam aksi tersebut 16 orang tewas. Demikian media Israel. Tentara juga memastikan lebih dari 10 aktivis tewas.

Menurut tentara Israel, mereka ingin menghentikan konvoi bantuan ilegal itu. Komando turun ke dek kapal dari helikopter. Setelah itu terjadi penembakan. Di televisi dapat terlihat gambar-gambar aktivis yang terluka dan tentara komando Israel yang mengenakan senjata.

Para aktivis mengatakan tentara langsung melancarkan tembakan. Namun Israel mengatakan, para aktivislah yang mulai menembak. Oleh karena itulah para komando langsung bereaksi. Tentara Israel juga memperingati aktivis untuk tidak pergi ke Gaza. Kapal-kapal itu seharusnya berhenti di kota pelabuhan Ashdod. Di sana bawaan mereka seharusnya diperiksa.

Stasiun televisi Arab, al-Jazeera, sebelumnya mengabarkan, konvoi yang membawa barang-barang bantuan untuk wilayah jalur Gaza yang ditutup Israel dan Mesir itu, mengalihkan jalurnya demi menghindari konfrontasi dengan angkatan laut Israel.

Hamas dan Turki Murka
Pemerintah Turki amat marah atas serangan Israel ini. Kapal-kapal Turki ada di antara konvoi tersebut. Pemerintah di Ankara memperingati adanya 'dampak yang tak dapat diperbaiki'.

Departemen Luar Negeri Turki di Ankara akan memanggil duta besar Israel. Demikian diplomat Turki. Di Istanbul demonstran melakukan aksi unjuk rasa di depan kedutaan Israel. Mereka mencoba menyerang pos diplomatik Israel itu, namun berhasil dihadang.

Gerakan radikal Palestina, Hamas, yang menguasai Jalur Gaza, juga murka. Kelompok itu menyerukan seluruh orang Arab dan muslim 'memberontak' di depan kedutaan besar Israel di seluruh dunia.

Menurut seorang juru bicara pemerintah Israel, konvoi kapal-kapal itu menyokong gerakan radikal Hamas. Angkatan laut Israel ingin mencegah konvoi bantuan 'ilegal' itu mencapai pelabuhan Gaza. Tentara sudah memperingati aktivis.

Sensor militer di Israel melarang pemberitaan jumlah korban tewas dan luka-luka akibat serangan pada konvoi kapal itu. Namun seorang menteri Israel sudah memastikan ada korban tewas dan luka-luka.