Tampilkan postingan dengan label palestina. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label palestina. Tampilkan semua postingan

Selasa, 01 Juni 2010

Aneh, Perintah Tembak Komando Israel Tidak Jelas

Tentara Israel Menembak

Juru bicara militer Israel Jendral Avi Benayahu, Senin mengatakan ia tidak tahu siapa yang memerintahkan satu komando angkatan laut untuk menembak setelah mereka naik ke kapal-kapal tujuan Gaza dan menewaskan paling tidak 19 orang. "Saya tidak tahu siapa yang memberikan perintah untuk menembak, terlalu cepat untuk memmutuskan," katanya kepada radio militer.

"Tindakan-tindakan angkatan laut itu sesuai dengan perintah-perintah dan peraturan untuk melepaskan tembakan sangat jelas. Tentara telah diperingatkan jangan terprovokasi. Angkatan laut mengembangkan pola-pola untuk mempersiapkan operasi ini, tetapi kadang-kadang nyawa lebih rumit ketimbang pola-pola itu. Kami mempersiapkan satu misi polisi untuk menghadapi aksi kekerasan, tetapi kami dihadapkan satu aksi kekerasan teroris," kata Benayahu.

Pasukan angkatan laut menyerang enam kapal tujuan Jalur Gaza yang diblokade dengan membawa ribuan ton bantuan dan ratusan aktivis pro Palestina. Israel mengatakan pasukannya diserang sejumlah aktivis dan kedua pihak menggunakan peluru tajam. Paling tidak 19 penumpang tewas.

Memalukan Bila Dunia Mendiamkan Tragedi Penyerbuan Mavi Marmara

[caption id="" align="aligncenter" width="360" caption="Serangan Israel terhadap Bantuan Kemanusiaan"][/caption]

Gerakan Hamas mengecam Israel dan menuding bertanggung jawab penuh atas kejahatannya terhadap kapal-kapal Armada Kebebasan dan para relawan sipil yang membawa bantuan kemanusiaan kepada rakyat Palestina yang terblokade. “Memalukan jika dunia diam dan bungkam terhadap kejahatan Israel dan terhadap blockade kejam. Sikap diam sama saja dengan ikut melakukan kejahatan dan blockade,” kata pernyataan yang dikeluarkan Hamas, sebagaimana dikutip Infopalestina.

Hamas menilai kejahatan Israel ini sebagai kejahatan terhadap kemanusiaan dan terhadap bangsa Palestina. Dalam salinan keterangan yang diterima oleh Infopalestina Gerakan Hamas menyerukan kepada seluruh pihak di dunia agar merespons kejahatan Israel itu. Sebab kejahatan Israel sudah menelan korban nyawa dan luka-luka di kalangan relawan dan aktivis solidaritas terhadap bangsa Palestina.

Lebih lanjut, Hamas juga meminta kepada dunia, terutama negara-negara Arab untuk mengecam kejahatan Israel itu dan memberikan sanksi kepada kejahatan Israel ini dan menekannya agar membebaskan Jalur Gaza dari blockade. Bangsa Palestina, bangsa Arab dan semua pejuang kebebasan dunia, menurut Hamas, wajib meluapkan amarahnya kepada Israel dan menyampaikan solidaritasnya kepada kapal-kapal pembawa relawan serta bantuan untuk Palestina.

Gerakan Hamas menyampaikan apresiasi kepada 'pahlawan-pahlawan kapal kebebasan' atas keberanian, prakarsa yang menunjukkan kehendak untuk membebaskan dunia dari kejahatan Israel. Selain itu, Hamas juga menyampaikan apresiasi pula kepada bangsa Palestina yang tegar dan yakin blokade bisa dihilangkan.

Eropa dan Dunia Kutuk Tindakan Keji Israel

Sekretaris Jenderal PBB, Ban Ki-Moon, mendesak digelarnya investigasi penuh terkait serangan Israel ke kapal bantuan kemanusiaan untuk warga Gaza. Ia mengaku sangat terkejut mendengar serangan tersebut di tengah-tengah kunjungannya ke Ibukota Uganda, Kampala.

''Sangat penting untuk diadakan investigasi penuh untuk menentukan bagaimana darah bisa tertumpah. Israel harus segera memberikan penjelasan lengkap mengenai ini,'' desak Ban. Dia sedang berada di kota tersebut untuk menghadiri seminar peninjauan ulang Pengadilan Kriminal Internasional (ICC).

Kecaman juga disampaikan pemerintah Italia yang juga mendesak Uni Eropa untuk mengunngkap fakta-fakta seputar penyerangan itu. ''Saya mengutuk sekeras-kerasnya pembunuhan warga sipil tersebut,'' tegas Menteri Luar Negeri Italia, Franco Frattini, Senin (31/5). Frattini menambahkan ia telah meminta duta besar Israel untuk memberikan penjelasan mengenai hal ini.

Pemerintah Prancis dan Jerman juga mengecam dan mengaku sangat kaget atas peristiwa yang terjadi di perairan internasional, sekitar 65 kilometer lepas pantai Gaza itu. Para dubes Uni Eropa akan segera menggelar pertemuan untuk membahas kejadian itu.

Tindakan Penyerangan Kapal Relawan adalah Perompakan

[caption id="attachment_374" align="alignright" width="300" caption="Kapal Pembawa Bantuan untuk Gaza"]Kapal Pembawa Bantuan untuk Gaza[/caption]

Serangan pasukan komando Israel terhadap konvoi kapal internasional, bisa dicap sebagai aksi perompak. Menurut para aktivis yang ada di dalam kapal yang membawa barang-barang bantuan untuk Gaza, konvoi itu masih berada di perairan internasional ketika diserang.

Kapal kemanusiaan itu mengangkut sekitar 700 orang aktivis dari banyak negara, termasuk sembilan orang dari Indonesia. Anne de Jong, adalah seorang aktivis Belanda yang ikut dalam misi ini. Masih belum jelas apakah Anne cidera sewaktu pasukan Israel menyerang.

Juru bicara organisasinya, Vivian Korsten, tidak mendengar kabar dari warga Belanda itu sejak serangan terjadi. Satu-satunya kabar baik adalah, Anne tidak berada di atas kapal Turki, di mana dikabarkan sejumlah orang tewas dalam serangan. Aktivis Belanda ini berada di salah satu dari enam kapal lainnya, yang saat ini sudah merapat ke pelabuhan Israel, Haifa.

"Kapal-kapal itu berada kira-kira 65 kilometer dari pelabuhan Gaza. Ini berarti mereka masih berada di perairan internasional. Dan apabila saya mengartikan hukum ini dengan baik, kedatangan pasukan komando Israel yang tanpa diundang ke kapal, bisa disamakan dengan tindakan merompak."

Sebelum serangan bersenjata itu dimulai Korsten masih berkomunikasi dengan aktivis Belanda, Anne de Jong. Ia berangkat Ahad lalu dari Siprus bersama kapal yang membawa barang bantuan ini ke Gaza. "Kita sama sekali tidak membawa satu pun barang yang bisa mengancam keamanan Israel. Setiap penumpang dan juga barang yang dibawa diperiksa oleh polisi pelabuhan setempat. Semua yang kami bawa adalah barang bantuan yang bisa membantu pembangunan kembali Gaza."

Anne de Jong sedang menjalankan program S3 di Institut Studi Oriental dan Afrika, SOAS, di London. Ia terutama aktif membantu aksi-aksi damai bersama Palestina dan Israel.  De Jong ikut serta dalam Gaza Freedom Flotilla karena ia berpendapat tugas-tugas akademis tidak hanya terbatas pada penulisan artikel atau buku. De Jong menekankan bahwa ia tidak akan pernah menggunakan kekerasan.

"Kita tidak akan menyerah begitu saja pada Israel, karena ini adalah misi dengan tujuan akhir Gaza. Kami tidak akan masuk ke perairan Israel. Apabila saya dibawa ke Israel secara paksa, maka saya akan menolaknya, tapi tanpa kekerasan."

Aktivis Indonesia
Redaksi Indonesia dari Radio Nederland Wereldomroep, mendengar kabar sembilan aktivis Indonesia juga berada di kapal itu. Mereka anggota organisasi bantuan internasional Mer-C dan Kispa. Sama seperti aktivis lainnya, belum terdengar kabar dari mereka.

Tentara Israel menyerang enam kapal aktivis pro-Palestina hari Senin pagi. Dalam aksi tersebut 16 orang tewas. Demikian media Israel. Tentara juga memastikan lebih dari 10 aktivis tewas.

Menurut tentara Israel, mereka ingin menghentikan konvoi bantuan ilegal itu. Komando turun ke dek kapal dari helikopter. Setelah itu terjadi penembakan. Di televisi dapat terlihat gambar-gambar aktivis yang terluka dan tentara komando Israel yang mengenakan senjata.

Para aktivis mengatakan tentara langsung melancarkan tembakan. Namun Israel mengatakan, para aktivislah yang mulai menembak. Oleh karena itulah para komando langsung bereaksi. Tentara Israel juga memperingati aktivis untuk tidak pergi ke Gaza. Kapal-kapal itu seharusnya berhenti di kota pelabuhan Ashdod. Di sana bawaan mereka seharusnya diperiksa.

Stasiun televisi Arab, al-Jazeera, sebelumnya mengabarkan, konvoi yang membawa barang-barang bantuan untuk wilayah jalur Gaza yang ditutup Israel dan Mesir itu, mengalihkan jalurnya demi menghindari konfrontasi dengan angkatan laut Israel.

Hamas dan Turki Murka
Pemerintah Turki amat marah atas serangan Israel ini. Kapal-kapal Turki ada di antara konvoi tersebut. Pemerintah di Ankara memperingati adanya 'dampak yang tak dapat diperbaiki'.

Departemen Luar Negeri Turki di Ankara akan memanggil duta besar Israel. Demikian diplomat Turki. Di Istanbul demonstran melakukan aksi unjuk rasa di depan kedutaan Israel. Mereka mencoba menyerang pos diplomatik Israel itu, namun berhasil dihadang.

Gerakan radikal Palestina, Hamas, yang menguasai Jalur Gaza, juga murka. Kelompok itu menyerukan seluruh orang Arab dan muslim 'memberontak' di depan kedutaan besar Israel di seluruh dunia.

Menurut seorang juru bicara pemerintah Israel, konvoi kapal-kapal itu menyokong gerakan radikal Hamas. Angkatan laut Israel ingin mencegah konvoi bantuan 'ilegal' itu mencapai pelabuhan Gaza. Tentara sudah memperingati aktivis.

Sensor militer di Israel melarang pemberitaan jumlah korban tewas dan luka-luka akibat serangan pada konvoi kapal itu. Namun seorang menteri Israel sudah memastikan ada korban tewas dan luka-luka.

Kapal Relawan RI ke Palestina Diserang Israel, 10 Tewas

[caption id="" align="alignleft" width="300" caption="Pelepasan Kapal Relawan ke Gaza"][/caption]

Kapal Mavi Marmara yang ditembaki militer Israel mengangkut ratusan relawan dari 50 negara, di antaranya asal Indonesia. Ada 12 WNI yang ikut dalam pelayaran misi kemanusiaan, Flotilla to Gaza (Kebebasan untuk Gaza).

Relawan asal Indonesia ini bernaung di bawah MER-C, Komite Indonesia Solidaritas untuk Palestina (Kispa) dan Sahabat Al Aqsha-Hidayatullah. Relawan dari MER-C ada lima orang termasuk jurnalis tvOne, Kispa sebanyak empat orang, dan Sahabat Al Aqsha-Hidayatullah sebanyak tiga orang.

Berikut ini nama-nama WNI di kapal Mavi Marmara:

MER-C:
1. Nur Fitri (koordinator)
2. dr Arief Rachman
3. Abdillah Onim
4. Nur Ikhwan
5. M Yasin (tvOne)

Kispa:
1. H Ferry Nur (ketua Kispa)
2. Muhendri Muchtar (wakil ketua Kispa)
3. Hardjito Warno
4. Okvianto Baharudin

Sahabat Al Aqsha-Hidayatullah:

1. Surya Fahrizal (jurnalis Hidayatullah)
2. Santi Soekanto
3. Dzikrullah Ramudya

Bendahara Kispa, Nurdin QQ kepada VIVAnews, Senin 31 Mei 2010, mengatakan, sejak keberangkatan kapal ke perairan Gaza, pihaknya tidak lagi kontak dengan para relawan.

"Tapi kami online terus dengan viva pelastina hingga kabar terakhir kapal ditembaki. Selama ini komunikasi kami memang dibatasi," kata Nurdin.

Sedangkan Amirul Iman, Direktur Operasional Sahabat Al Aqsha saat dihubungi terpisah mengaku terakhir kali berhubungan dengan Dzikrullah subuh tadi.

Informasi terakhir, menurut dia, ada 10 orang yang meninggal akibat serangan Israel dan 50 orang lainnya luka-luka. Namun, belum diketahui identitas relawan yang tewas akibat serangan Israel tersebut.

Senin, 31 Mei 2010

Ternyata Facebook Pernah Menjadi Alasan Pembatalan Serangan Israel

Kejadian memalukan ini terjadi pada 3 Maret 2010. Operasi serangan darat tentara Israel ke sebuah desa Palestina dibatalkan setelah seorang prajuritnya konyol menuliskan rencana serangan tersebut di status Facebooknya. Konyolnya, status itu lengkap dengan unit, waktu, tempat, dan posisi mereka.

Usut punya usut, ternyata ada seorang serdadu Israel yang tengah mengidap sindrom "banci Facebook." Maksudnya, dia lagi gemar memberitakan kegiatan yang dia lakukan saat ini dalam akun miliknya di Facebook, yang populer dengan istilah update status.

Militer Israel, Rabu 3 Maret 2010, mengungkapkan bahwa prajurit yang tidak disebutkan namanya itu rupanya keceplosan menyebut lokasi dan waktu dia bertugas. Saat itu, dia masuk dalam pasukan yang akan menyerang suatu desa di Tepi Barat, yang dihuni rakyat Palestina.

"Hari Rabu kami bersihkan [desa] Katana dan hari Kamis, bila Tuhan berkenan, kami pulang," demikian petikan status prajurit itu di Facebook seperti yang dikutip laman harian Ha'aretz. Dia juga mengungkapkan unit operasi dan misi yang dia jalankan.

Ulah dia rupanya diketahui sesama prajurit, yang melaporkannya ke komandan. Mempertimbangkan bahwa aksi mereka sudah bocor di Facebook, maka pimpinan pasukan memutuskan membatalkan serangan.

Para komandan tidak mau nasib anak buah mereka terancam selama serangan karena bisa saja informasi yang bocor itu sudah diketahui kelompok perjuangan Palestina.

Serdadu itu akhirnya dicokok oleh polisi militer. Dia kini sudah diadili dan harus mendekam di penjara selama 10 hari akibat kesalahannya itu. Dia pun langsung diusir dari batalion dan pos pertempuran tempat dia bertugas.