Kamis, 20 Mei 2010

Sjahril Johan Tulis Buku SUSNO DUSTA (2)



[caption id="" align="alignleft" width="300" caption="Cover SUSNO DUSTA/ photo: inilah.com"]Cover SUSNO DUSTA/ photo: inilah.com[/caption]

Buku yang ditulis Sjahril Djohan ini, dijudulnya ada dua kata yang berhuruf besar semua: SUSNO DUSTA. Lalu, ada kalimat dengan huruf kecil: Jangan Ada Diantara Kita. Inilah isi dari halaman vii-ix:


PREAMBULE

Aku paling membenci DUSTA!

Tapi di lingkungan Mabes Polri, aku adalah manusia yang paling akrab dengan S2G.

Maka, aku melalui buku ini, mengajak S2G agar berhenti berdusta kepada masyarakat.

Manuver-manuver serta pernyataan S2G belakangan ini menyeret masyarakat ke arah yang sesat. Sehingga, mereka tidak mampu lagi untuk membedakan antara "Pahlawan yang berani kaerna benar" dengan "Seorang yang nekad dan ngomong seenaknya karena kecewa, karena marah atau karena terganggu jiwanya."

Sejak muda saya dididik pada bidang intelijen dan selalu memegang motto:"Knowledge is power." Karenanya, hati saya sangat tergelitik untuk menggunakan pengetahuan saya sebagai power yang akan menghentikan serangkaian dusta yang disebarkan oleh S2G dan diamini oleh begundal-begundalnya yang benar-benar sesat atau dibayarnya.

Dan penerbitan buku itu adalah benar-benar untuk kepentingan masyarakat serta demi keutuhan NKRI karena manuver-manuver pelawak berbintang tiga ini bisa mengganggu keutuhan NKRI.

Dengan informasi yang benar ini diharapkan bisa merefleksikan semua kejadian secara lebih seksama dan lebih bijak menilai. Karena, buku ini bertujuan untuk memperluas cakrawala masyarakat. Dengan buku ini diharapkan masyarakat bisa lebih bijak; apakah S2G memang pahlawan yang pantas untuk menduduki jabatan yang lebih penting daripada jabatan darimana ia dicopot, yaitu Kabareskrim.

Masyarakat tentu akan berpikir apakah tidak akan muak bila disuruh membayangkan S2G yang berperut buncit dan ikat pinggangnya selalu melorot menjadi Kapolri. Apakah masyarakat tidak merasa mual ketika pendusta itu diangkat jadi Ketua KPK?

Yang sungguh sangat memberikan dan membuat orang jadi muntah-muntah bila masyarakat harus membayangkan ketika pendusta berperut buncit itu harus menjadi Kepala Negara kita, karena setelah membaca buku ini maka kita berkesimpulan bahwa dia hanya pantas menjadi pejabat di negeri para bedebah.

Rakyat tidak boleh menderita, biarlah kami para pemimpin yang menderita. Ini adalah ucapan sakral Pak Dirman yang selalu terngiang di telinga saya. Karena itu, izinkanlah saya menambahi kalimat sakral itu:"Rakyat sudah cukup menderita dan jangan menambahi penderitaan mereka dengan dusta-dusta."

Akhirnya, izinkan saya untuk bertanya kepada Almarhum Jenderal Hugeng yang memang saya kenal:"Ooom, apakah S2G ini benar-benar lulusan Akademi Kepolisian, kaerna ia tidak sejujur polisi tidur?"

Di antara asap mobil dan debu-debu ibukota

April 2010

Penulis:



Sjahril Djohan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar